Soloraya
Sabtu, 16 September 2017 - 13:00 WIB

Kisah Porter Paralayang Berburu Berkah di Puncak Joglo Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sugiyo membawakan ransel para pilot Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Terbuka Paralayang 2017 di Puncak Joglo, Sendang, Wonogiri, Jumat (15/9/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Kejurnas Paralayang 2017 dilaksanakan di Puncak Joglo Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Sugiyo tertatih-tatih menapaki anak tangga di Puncak Joglo, Sendang, Wonogiri, Jumat (16/9/2017). Wajah kakek-kakek berusia 72 tahun itu penuh keringat. Sesekali ia berhenti sejenak untuk mengambil napas dan mengusap keringat.

Advertisement

Di punggung Sugiyo terdapat ransel dengan berat mencapai 18 kg. Ransel dengan dua kali lebih besar dari tubuhnya itu berisi harness, parasut, helm, dan peralatan lain bagi pilot paralayang. Saat melangkah mendekati puncak, tangannya memegang pagar tangga agar tetap kuat membawa beban berat itu ke Puncak Joglo.

Sugiyo yang merupakan warga Prampelan, Sendang, Wonogiri, itu menjadi porter bagi para pilot paralayang yang enggan bersusah payah membawa ranselnya ke puncak. Mereka memilih menggunakan jasa Mbah Sugiyo dan porter lain untuk mengangkut peralatannya dari tempat parkir ke puncak joglo sekitar 30 meter dengan jalan menanjak. Para pilot itu cukup membayar Rp10.000.

Sesampainya di puncak, Mbah Sugiyo langsung menaruh ransel itu di tempat yang kosong. Ia melepas topi yang melindunginya dari terik matahari. “Hari ini dapat tujuh tas. Kalau kemarin dapat delapan tas,” kata Sugiyo kepada

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif