Sport
Sabtu, 16 September 2017 - 15:00 WIB

KEJURNAS PARALAYANG 2017 : Pilot Paralayang Terjungkal saat Take Off di Puncak Joglo Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pilot peserta Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Terbuka Lintas Alam Paralayang 2017, terjungkal saat lepas landas karena diterpa angin kencang di Puncak Joglo, Desa Sendang, Kabupaten Wonogiri, Jumat (15/9/2017). (Istimewa/Tagor Siagian/Humas PB FASI)

Kejurnas Paralayang di Wonogiri diwarnai angin kencang yang membuat pilot terjungkal.

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 24 pilot paralayang gagal terbang dalam Ronde II Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Terbuka Lintas Alam Paralayang 2017 di Puncak Joglo, Desa Sendang, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (15/9/2017). Banyak pilot paralayang terjungkal saat lepas landas karena angin kencang.

Advertisement

Pada Jumat siang, kecepatan angin sebenarnya layak untuk lepas landas dengan baik, berkisar 10-15 km/jam. Setelah sebagian pilot lepas landas, angin kencang datang sehingga mereka banyak yang terjungkal. Sementara sebanyak 30 pilot yang sudah berhasil lepas landas harus berkelompok dan tidak bergerak selama hampir dua jam karena kecepatan angin mencapai 33km/jam.

Melihat kondisi tersebut, hingga waktu lepas landas ditutup pada pukul 15.00 WIB, sebanyak 24 pilot memilih untuk tidak terbang. Pada ronde II itu, para pilot mendapat tugas menempuh jarak 67 km. Meski tidak ada satupun pilot yang berhasil mencapai radius akhir (goal), mereka tetap mendapat nilai berdasarkan jarak yang sudah mereka tempuh.

Pada Ronde II itu, pilot asal DKI Jaya, Tony Suwono berhasil menggeser pilot Pelatnas Ardi Kurniawan dari peringkat teratas yang ia pegang pada Ronde I, Kamis (14/9/2017), ke peringkat ketiga. Sementara pilot Pelatnas lainnya, Roni Pratama dari Jawa Timur, peraih medali perunggu Piala Asia II Lintas Alam 2017 dan Thomas Widyananto dari Jawa Tengah, peraih empat medali emas SEA Games 2011, menempel ketat di peringkat kedua dan keempat. Adapun pilot DKI Jaya lainnya, Michael Tagi melengkapi peringkat Lima Besar.

Advertisement

Meski tidak ada kelas khusus putri, pilot Pelatnas juga menempati Tiga Besar, Lis Andriana, (Kalimantan Timur) Ike Ayu Wulandari (Jawa Timur) dan Nofrica Yanti (Sumatera Barat). Sedangkan di Kelas Beregu, para pilot pulau Jawa menguasai Tiga Besar; Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tidak ada pembatasan jumlah pilot setiap daerah. Namun untuk Kelas Beregu, hanya nilai empat pilot terbaik yang dihitung, gabungan pilot putri dan putra.

Untuk Kejuaraan Terbuka, peringkat Empat Besar tetap sama dengan hasil Kejuaraan Nasional. Namun pilot putra senior Thailand, Sarayut Chinpongsatorn, peraih medali emas nomor Lintas Alam SEA Games 2011 Indonesia, membuktikan ia sudah akrab dengan alam Indonesia dan berada diperingkat kelima. Ia menggeser Michael Tagi dengan selisih nilai hanya sembilan.

Bagi Sarayut, pengalaman pertamanya terbang di Wonogiri sangat menantang dan menyenangkan. Berprofesi sebagai pilot pesawat komersil Boeing 787, ia mendapat izin khusus dari maskapainya untuk mengikuti kejuaraan di Wonogiri demi “tugas kerajaan”.

Advertisement

“Mengikuti sebanyak mungkin kejuaraan di Indonesia sangat penting bagi pilot Thailand, sebagai persiapan jelang Asian Games 2018. Selain agar terbiasa dengan cuaca dan kondisi angin, kami jadi lebih mengenal karakter terbang para pilot tuan rumah,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (16/9/2017).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif