Jogja
Rabu, 30 Agustus 2017 - 18:55 WIB

Unik, Peragaan Busana Digelar di Tengah Hutan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah peragawan sedang memperagakan busana di tengah hutan Wanajati, Desa Tegalsari, Kecamatan Gedangsari, Rabu (30/8/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Pegelaran busana yang biasa dilakukan di gedung-gedung mewah sudah biasa dan jamak dilakukan

 

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL —Pegelaran busana yang biasa dilakukan di gedung-gedung mewah sudah biasa dan jamak dilakukan, namun jika pagelaran busana dilakukan di tengah hutan tercatat baru kali ini dilaksanakan.

Oleh karenanya penyelengaraan pagelaran tersebut pun akhirnya menyabet penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri).

Senior Manajer Muri, Sri Widyawati mengatakan peragaan busana di tengah hutan baru pertama kali ada di Indoensia. Oleh karena itu sebagai penghargaan atas karsa dan karya anak bangsa, Muri memberikan penghargaan atas acara tersebut.

Advertisement

“Ini baru pertama kali di Indonesia dan bahkan di dunia,” kata dia saat menghadiri acara pagelaran busana dalam rangka peresmian desa wisata budaya, di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Rabu (30/8/2017).

Peragaan busana yang dihelat di Hutan Wanajati, Desa Tegalrejo tersebut diikuti oleh enam perancang busana nasional, yakni Lia Mustafa, Dany Paraswati, Philip Iswardono, Ratin Kristiani, Amin Hendra, dan Dandy T. Hidayat. Terdapat sekitar 60 busana batik diperagakan. Batik tersebut merupakan hasil karya kolaborasi antara perancang busana dengan siswa-siswi SMKN 2 Gedangsari.

Selain peragaan busana di tengah hutan, dalam acara yang bertajuk pesona Gedangsari tersebut juga dilakukan pemecahan rekor membatik lintas generasi yang diikuti 123 orang.

Advertisement

“Kami akan mencatatkan dua rekor sekaligus yaitu membatik lintas generasi dari usia PAUD hingga lansia dan juga peragaan busana di Wanajati. Keduanya tidak hanya sebagai rekor nasional tapi kami catat sebagai rekor dunia,” ungkap Sri.

Sementara itu Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR), Arietta Adrianti mengatakan pihaknya telah memberikan dukungan penuh adanya pemecahan rekor di Desa Tegalsari. Pihaknya mengaku telah melakukan pendampingan di Desa Tegalsari semala kurang lebih 10 tahun terakhir.

“Kami melakukan pendampingan untuk kemandirian warga. Kami berusaha melakukan pembinaan dengan segala potensi desa yang melimpah, sehingga akhirnya muncul kampung batik dan sejumlah sentra seni kerajinan maupun makanan ringan,” kata dia.

Advertisement
Kata Kunci : PERAGAAN BUSANA
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif