Soloraya
Senin, 21 Agustus 2017 - 09:00 WIB

KEKERINGAN WONOGIRI : Embung Mengering, 2 Desa Kekeringan Parah!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di Wonogiri (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Kekeringan di Wonogiri khususnya di Pracimantoro terparah terjadi di dua desa.

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah desa di Pracimantoro kekeringan di musim kemarau. Namun, tinggal dua desa yang dilanda kekeringan parah yakni Gambirmanis dan Joho.

Advertisement

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, memetakan terdapat sembilan desa yang kekurangan air bersih di Pracimantoro, yakni Petirsari, Gambirmanis, Gebangharjo, Gedong, Watangrejo, Suci, Glinggang, Joho, dan Wonodadi.

Namun, Camat Pracimantoro, Warsito, menegaskan tinggal Gambirmanis dan Joho yang mengalami kekeringan parah. Menurut dia, dua desa tersebut tidak ditemukan sumber air yang membuat warga setempat kesulitan mendapatkan air bersih di musim kemarau. “Di dua desa itu tidak ada sumber air sama sekali,” kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (19/8/2017).

Warsito menambahkan, sebenarnya terdapat tiga desa lain yang kekeringan, yaitu Watangrejo, Petirsari dan Godong. Tetapi ketiga desa itu tertolong oleh sumber air yang masih bisa digunakan.

Advertisement

“Seperti Petirsari itu sekarang sudah ada air dari Luweng Songo. Kami sudah angkat sampai dari luweng ke Petirsari,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, Desa Sumberagung, Pracimantoro yang berbatasan dengan Gunung Kidul, bahkan sudah membuat penampungan air yang tahan lama dengan bio membran di Embung Mesu, Sumberagung. “Meskipun airnya dari menampung air hujan, tetapi sampai saat ini masih melimpah. Bahkan, airnya jernih,” ujarnya.

Struktur tanah di Pracimantoro, kata Warsito, tanahnya berongga. Oleh karena itu, setiap air datang pada musim hujan mudah habis ketika kemarau datang. Dengan adanya bio membran itu, air yang tertampung tidak terserap tanah. Sehingga lebih tahan lama.

Advertisement

Dia menilai, penerapan bio membran di Embung Mesu bisa menjadi contoh di sejumlah desa yang langganan kekeringan. Sehingga, kebutuhan air warga bisa dipenuhi. “Tetapi itu bukan solusi mengatasi kekurangan air bersih karena air embung biasanya hanya digunakan untuk pertanian, minuman ternak, dan lainnya,” jelasnya.

Sementara, di Desa Pracimantoro sejumlah embung juga mengalami kekeringan, antara lain Embung Timang, Pracimantoro. Embung seluas ratusan meter itu hanya menyisakan beberapa meter genangan air. Embung itu sudah kering sejak tiga bulan lalu.

Warga Dusun Tulangan, Desa Pracimantoro, Ngatno, 60, mengatakan keringnya embung itu membuat sawah petani tidak ditanami. Menurutnya, para petani yang biasa menggunakan air Embung Mesu untuk mengairi sawah mereka memilih tidak bercocok tanam.

Meski begitu, sebagian tetap ada yang menanam palawija. “Untuk kebutuhan sehari-hari, warga biasanya tidak bergantung dari embung ini. Biasanya air embung ini hanya untuk minum ternak dan pertanian,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif