Lifestyle
Senin, 14 Agustus 2017 - 22:35 WIB

WISATA SOLORAYA : Jelajah Keraton Pajang, Jejak Rakit Jaka Tingkir hingga Taman Sari

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tempat peziarahan di Keraton Pajang, Sukoharjo (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Wisata Soloraya, jejak Keraton Pajang yang berada di wilayah Makamhaji, Sukoharjo layak dijadikan referensi. Peninggalan Jaka Tingkir ini sarat nilai sejarah.

Solopos.com, SUKOHARJO — Gapura Agung Wringin Lawang tampak kokoh menyambut peziarah di Kompleks Petilasan Keraton Pajang Sukoharjo, Senin (7/8/2017).

Advertisement

Gapura tersebut berbentuk Candi Bentar yang dilengkapi Arca Dwarapala. Di belakang gapura terdapat pohon beringin rimbun dengan sulur lebat serta patung seekor harimau putih.

Gapura Agung Wringin Lawang Keraton Pajang (Mariyana Ricky PD/JIBI/Solopos)

Advertisement

Gapura Agung Wringin Lawang Keraton Pajang (Mariyana Ricky PD/JIBI/Solopos)

Kompleks ini berada di Gang Benowo III Sonojiwan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartosuro, Sukoharjo. Di dalamnya terdapat pendapa kecil yang menjadi lokasi peziarah beristirahat.

Kemudian ada pula Gapura Agung Padjang untuk masuk ke area ziarah, musala, taman sari, dan sumber air panguripan Tirtomulyo Sekar Kedaton.

Advertisement

Petilasan Keraton Pajang dirintis oleh R. Koesnadi Kusumo Hoeningrat pada Jumat, 3 Desember 1993. Pada 26 Mei 2011 Yayasan Kasultanan Keraton Pajang resmi berdiri berbarengan dengan ritual jumenengan Suradi menjadi Adipati bergelar Kanjeng Raden Adipati Suradi Joyo Negoro, setelah menjalani Ruwatan Sudamala. Kesultanan Pajang berdiri pada 1549 setelah runtuhnya Jipang Panolan.

Menurut naskah babad, Andayaningrat gugur di tangan Sunan Ngudung saat terjadinya perang antara Majapahit dan Demak. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yang bernama Raden Kebo Kenanga, bergelar Ki Ageng Pengging. Sejak saat itu Pengging menjadi daerah bawahan Kerajaan Demak.

Beberapa tahun kemudian Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memberontak terhadap Demak. Putranya yang bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru mengabdi ke Demak.

Advertisement

Kesaktian Jaka Tingkir

Prestasi Jaka Tingkir yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai menantu Trenggana, dan menjadi bupati Pajang bergelar Hadiwijaya.

Pendapa Keraton Pajang (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Advertisement

Wilayah Pajang saat itu meliputi daerah Pengging (sekarang kira-kira mencakup Boyolali dan Klaten), Tingkir (daerah Salatiga), Butuh, dan sekitarnya.

Sepeninggal Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik takhta. Namun Sultan Prawoto kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang pada 1549.

Setelah itu, Arya Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya namun gagal.Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang.

Hadiwijaya selanjutnya menjadi pewaris takhta Demak. Pada masa kepemimpinan Hadiwijaya ini, ibu kota Demak dipindahkan ke Pajang.

Pada 1586, Pangeran Benawa yang tersingkir ke Jipang, bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang, berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Arya Pangiri kemudian dikembalikan ke Demak, dan Pangeran Benawa menjadi raja Pajang ketiga. Pemerintahannya berakhir pada 1587, digantikan Gagak Baning dan Pajang menjadi kadipaten dibawah Mataram.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif