Sport
Sabtu, 12 Agustus 2017 - 15:55 WIB

Legenda Tenis Kritik Keras PB Pelti

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Yustedjo Tarik (JIBI/Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Yustedjo Tarik mengkritik keras pengurus PB Pelti saat ini yang dinilainya gagal membawa tenis Indonesia meraih prestasi.

Solopos.com, SOLO — Legenda tenis Indonesia, Yustedjo Tarik, memberikan kritikan pedas kepada Pengurus Besar (PB) Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (Pelti) yang dianggap gagal membangkitkan prestasi tenis Tanah Air.

Advertisement

“Prestasi tenis Tanah Air saat ini sangat terpuruk. Terlalu lama kita berjalan di tempat. Berbeda dengan negara-negara tetangga yang prestasinya terus meningkat,” kata Yustedjo kala ditemui Solopos.com, di sela-sela Kejuaraan Nasional Tenis Veteran BAVETI 5 di Lapangan Tenis Gelora Manahan, Jumat (11/8/2017).

Terpuruknya prestasi tenis Tanah Air, kata Yustedjo, tidak lepas dari melempemnya sistem pembinaan pemain muda yang dilakukan oleh PB Pelti. Menurutnya, PB Pelti berisikan orang-orang yang tidak paham tentang dunia tenis sehingga mereka gagal mengangkat prestasi tenis Tanah Air dari keterpurukan.

“Sudahlah. Silakan mundur secara gentleman. Kalau memang tidak ngerti tenis, jangan jadi pengurus deh. Sekarang siapa pengurus PB Pelti saja saya tidak kenal,” kata Yustedjo.

Advertisement

Yustedjo berharap PB Pelti beranggotakan orang-orang yang paham tentang tenis, terutama dari kalangan mantan pemain. Dia meminta Indonesia berkaca pada Thailand yang menempatkan sejumlah mantan pemain tenis nasional di jajaran pengurus induk organisasi tenis Negeri Gajah Putih.

“Sebenarnya ada banyak legenda tenis Tanah Air yang antusias jika dimintai tolong dalam pembinaan pemain muda. Tapi, saran dan masukan kami serasa percuma bila para petinggi PB Pelti tidak mengerti tenis. Kenal saja tidak, mana bisa kami memberi masukan,” paparnya.

Yustedjo merindukan masa kejayaan tenis Tanah Air pada era 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Pada 1978, Yustedjo Tarik mampu membawa Indonesia merajai Asia dengan memborong emas dari ajang Asian Games di Bangkok pada 1978. Prestasi itu kembali di ukir di ajang Asian Games di New Delhi pada 1982.

Advertisement

Prestasi Yustedjo itu diikuti Abdul Kahar Mim dan Bonit Wiryawan hingga pertengahan 90-an. Selain merajai Asia, mereka juga sukses membawa Indonesia hingga 16 besar Piala Davis. “Di era 90-an ada Yayuk Basuki. Di awal 2000 ada Angelique Widjaya yang diprediksi bakal bersinar, tapi setelah itu malah hilang tak terdengar kiprahnya. Sejak saat itu, sudah tidak ada lagi petenis yang bisa diharapkan. Ini semua karena buruknya sistem pembinaan pemain dari PB Pelti,” papar Yustedjo.

PB Pelti dianggap Yustedjo gagal memberikan sarana dan prasarana penunjang prestasi petenis muda. Dia berharap pada petenis muda diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berlatih di lapangan tanpa pungutan biaya. Yustedjo juga menyayangkan minimnya kompetisi tenis yang digelar PB Pelti.

“Kompetisi tenis saat ini justru banyak digelar para veteran dengan melibatkan sponsor. Ada pula sejumlah klub yang menggelar kompetisi. Tapi, umumnya para juara dalam turnamen yang digelar sejumlah klub ini tidak dipakai oleh Pelti. Itu karena Pelti ada masalah dengan kondisi SDM. Setelah kalah di SEA Games di Singapura, gak ada tanggung jawab dari Pelti,” sesalnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif