News
Jumat, 11 Agustus 2017 - 16:00 WIB

Kisah Haru Kandasnya Niat Umrah Pensiunan PLN di First Travel

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menunggu mengurus refund terkait permasalahan umrah promo di Kantor First Travel, Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Sigid Kurniawan)

Niat umrah seorang pensiunan PLN melalui First Travel kandas meski dirinya telah melunasi seluruh biaya yang disyaratkan.

Solopos.com, JAKARTA — Subur Nyoto Rahardjo namanya. Pria sepuh berusia 67 tahun tersebut tampak di antara para korban First Travel yang hendak mengadukan nasibnya ke pihak berwajib.

Advertisement

Ketika ditemuai di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya, pria yang sudah pensiun dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sejak 11 tahun lalu tersebut bercerita niatnya untuk beribadah ke Tanah Suci bersama tiga anak dan seorang cucunya harus tertunda, bahkan terancam batal, karena ketidakjelasan PT First Anugera Karya Wisata atau First Travel.

Subur telah mendaftarkan diri bersama empat orang anggota keluarganya sejak 10 Agustus 2015 lalu untuk bisa beribadah ke Tanah Suci. Dia mengambil paket promo seharga Rp14,3 juta rupiah. Dengan harga tersebut, menurut subur, selama ibadah di tanah suci dirinya akan berbagi kamar dengan tiga orang lainnya.

Advertisement

Subur telah mendaftarkan diri bersama empat orang anggota keluarganya sejak 10 Agustus 2015 lalu untuk bisa beribadah ke Tanah Suci. Dia mengambil paket promo seharga Rp14,3 juta rupiah. Dengan harga tersebut, menurut subur, selama ibadah di tanah suci dirinya akan berbagi kamar dengan tiga orang lainnya.

“Sebenarnya ini nggak murah loh, hotelnya aja satu kamar empat orang,” ceritanya terkait tawaran yang diberikan pihak First Travel.

Pria asal Mojokerto ini sudah menyerahkan pembayaran uang muka sejak 10 Agustus 2015 lalu. Pembayaran yang dia lakukan adalah untuk dirinya beserta seorang cucu dan tiga anaknya dengan nilai Rp5 juta per orang untuk uang muka saja.

Advertisement

Namun, belakangan, dia mengaku pihak First Travel kembali memintanya membayar biaya sebesar Rp2,5 juta per orang agar dirinya bisa berangkat pada Ramadan tahun ini. Dia pun menyanggupi dan menyerahkan uang Rp2,5 juta per orang untuk lima orang anggota keluarganya.

Namun, hingga kini keberangkatannya dengan keluarga ke tanah suci tak juga terlaksana. Subur juga mengaku pernah dijanjikan berangkat menggunakan pesawat carteran. Terakhir kali dia menanyakan status keberangkatannya, pihak First Travel beralasan kalau visanya belum mendapat persetujuan.

“Saya maunya berangkat, Januri 2017 dijanjikan Februari, enggak berangkat. Maret dijanjikan, April dijanjikan, Mei juga enggak berangkat. Terus Juni disuruh nambah Rp2,5 juta, saya tambah dengan harapan bulan puasa tanggal 14 Juni saya diberangkatkan tapi enggak diberangkatkan juga sampai sekarang,” kisahnya.

Advertisement

Dia pun berinisiatif untuk meminta kembali uang sebesar Rp2,5 juta per kepala dari pihak First Travel pada 13 Juni 2017. Pihak First Travel menyanggupi dan berjanji akan membayar dalam tempo 1 bulan sejak dia meminta uangnya dikembalikan. Namun, hingga saat ini dia mengaku belum menerima apapun.

“Belum, katanya satu bulan tapi belum dibayar sudah hampir dua bulan,” kisahnya.

Hingga saat ini, Subur masih terus berharap besar untuk bisa diberangkatkan Umroh bersama anak dan cucunya. Namun, apa daya, kalaupun tidak bisa berangkat, Subur yang sudah pensiun sejak 11 tahun lalu ini berharap dana yang sudah dia bayarkan untuk keberangkatannya bisa dikembalikan.

Advertisement

Selain Subur, masih ada ratusan korban lain yang juga mengalami nasib serupa. Pramana Syamsul Ikbar contohnya. Dia mendaftarkan untuk ikut ibadah Umroh bersama 19 orang anggota keluarganya. Belakangan sekitar 250 korban lainnya memberikan kuasa pada Pramana untuk membuat laporan ke Polda Metro Jaya karena merasa dirugikan dan terus dijanji-janjikan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif