Soloraya
Jumat, 11 Agustus 2017 - 22:35 WIB

CAGAR BUDAYA KLATEN : Pemdes Wonoboyo Bangun Museum di Lokasi Penemuan Guci Emas Kuno

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja membawa material di lokasi pembangunan museum dan waterboom Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan, Jumat (11/8/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pembangunan Klaten, Pemdes Wonoboyo akan membangun museum di lokasi penemuan guci emas.

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan, Klaten, membangun museum di tanah kas desa tersebut. Pembangunan itu sebagai penanda di desa tersebut pernah ditemukan emas kuno.

Advertisement

Kepala Desa Wonoboyo, Supadiyono, mengatakan pembangunan museum sudah dimulai sejak dua pekan lalu di tanah kas desa seluas 6.000 meter persegi di Dukuh Plosokuning. Selain museum berukuran 7 meter x 7 meter, di lokasi itu juga dibangun waterboom.

Museum dibangun untuk pembelajaran generasi muda bahwa di Wonoboyo pernah ditemukan emas kuno yang disebut-sebut sebagai penemuan terbesar pada 1990. “Dalam Perda No. 11/2011 tentang RTRW Klaten disebutkan wilayah kami disebut Situs Wonoboyo. Kemudian dari RPJM desa dikembangkan dan kami membangun museum itu,” kata Supadiyono saat dihubungi Solopos.com, Jumat (11/8/2017).

Advertisement

Museum dibangun untuk pembelajaran generasi muda bahwa di Wonoboyo pernah ditemukan emas kuno yang disebut-sebut sebagai penemuan terbesar pada 1990. “Dalam Perda No. 11/2011 tentang RTRW Klaten disebutkan wilayah kami disebut Situs Wonoboyo. Kemudian dari RPJM desa dikembangkan dan kami membangun museum itu,” kata Supadiyono saat dihubungi Solopos.com, Jumat (11/8/2017).

Setelah gedung museum rampung dibangun, pemdes membuat replika emas yang ditemukan di kawasan itu untuk dipajang di museum. Selain itu, museum juga dilengkapi foto-foto saat penggalian.

“Emas-emas penemuannya saat ini disimpan di Museum Nasional. Nanti kami coba kerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya untuk replika dan foto yang akan dipasang di museum,” katanya.

Advertisement

Pembangunan juga dimaksudkan menggenjot pendapatan asli desa setempat yang kini hanya berkisar Rp20 juta dari sewa tanah kas desa. Emas-emas arkeologis ditemukan enam warga desa tersebut pada 1990.

Mereka adalah Widodo, Wito, Hadisihono, Suhadi, Surip, dan Marno. Salah satu penemu emas di Situs Wonoboyo, Widodo, menuturkan penemuan harta karun itu bermula ketika ia bersama lima warga lainnya menggali lahan milik warga setempat bernama Cipto.

Penggalian yang ditujukan untuk kesuburan tanah itu dilakukan bertahap sejak 1988. “Tanahnya itu ada pasir sehingga perlu digali agar bisa ditanami. Tanah-tanah yang digali digunakan untuk uruk bangunan,” kata Widodo saat ditemui wartawan di rumahanya Dukuh/Desa Wonoboyo.

Advertisement

Widodo berumur sekitar 30 tahun saat penemuan emas purbakala pada 1990. Ia masih mengingat saat itu istrinya sedang hamil putra kedua. Bapak tiga anak itu menuturkan benda-benda purbakala itu ditemukan pada kedalaman sekitar tiga meter.

Awalnya, ia tak menyangka benda keras yang terkena cangkul salah satu warga merupakan benda purbakala. Benda itu berupa guci berbahan perunggu. Temuan itu lantas dilaporkan ke balai desa setempat.

“Saat itu kebetulan di balai desa ada rapat dengan koramil dan polisi,” tutur pria yang kini berusia 56 tahun itu.

Advertisement

Setelah dilakukan penggalian, total guci yang ditemukan ada tiga. Masing-masing guci diperkirakan seberat 8 kg. Selain guci, ditemukan pula mangkuk serta piring berbahan emas.

Benda-benda itu lantas dibawa ke kantor desa. “Saat itu di sekitar lokasi hingga balai desa penuh warga yang ingin melihat. Di balai desa, warga tidak boleh masuk ke dalam dan hanya bisa melihat dari kaca. Gucinya itu saat dipukul menggunakan cangkul tidak terbuka. Bisa dibongkar itu setelah dipanasi menggunakan las,” tutur dia.

Widodo menjelaskan guci yang ditemukan berukuran panjang sekitar 25 sentimeter dengan diameter sekitar 30 sentimeter. “Tahunya di dalam guci itu emas setelah baca di koran. Ada yang cincin, ada yang bentuknya kecil-kecil, ada juga berupa gelang,” urai dia.

Setelah penemuan itu, para arkeolog melakukan penelitian di tanah milik Cipto yang disewa selama tiga tahun. Sementara enam warga dan pemilik lahan mendapat uang dari pemerintah sebagai apresiasi atas temuan itu.

Widodo saat itu mendapat uang senilai Rp20 juta. Uang itu lantas ia gunakan untuk membeli tanah dan memperluas rumah serta membeli sepeda motor.

“Jangka waktunya tidak lama sekitar dua bulan setelah penemuan. Saat itu yang memberikan Pak Soeharto [Presiden Indonesia saat itu] di Prambanan,” urai dia.

Berdasarkan informasi dari https://museumnasional.wordpress.com, salah satu temuan di Situs Wonoboyo yakni Mangkuk Ramayana yang diperkirakan berasal dari awal abad ke-10 Masehi. Bagian luar mangkuk berlekuk enam dengan hiasan relief Ramayana yang menceritakan penculikan Dewi Sinta oleh Rahwana.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif