Soloraya
Selasa, 8 Agustus 2017 - 10:15 WIB

Musim Kemarau, Waduk Mulur dan Dam Colo Sukoharjo Belum Mengering

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani ikan mendayung perahu melewati keramba ikan nila di Waduk Mulur, Bendosari, Sukoharjo, Senin (7/8/2017). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Musim kemarau, Waduk Mulur dan Dam Colo masih mampu mengairi lahan pertanian.

Solopos.com, SUKOHARJO – Dua sumber air di Sukoharjo belum mengering saat musim kemarau ini. Kedua sumber air itu yakni Dam Colo dan Waduk Mulur yang masih dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian dan budidaya ikan keramba.

Advertisement

Selama ini, Dam Colo menjadi sumber air andalan lahan pertanian di Sukoharjo. Air di Dam Colo Timur digunakan untuk memasok saluran irigasi ke lahan pertanian di wilayah Nguter, Bendosari, Polokarto, dan Mojolaban. Sementara Dam Colo Barat memasok air ke lahan pertanian di wilayah Nguter dan Bulu.

Kepala Divisi Jasa ASA IV Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo, Erwando Rahmadi, mengatakan pasokan air ke lahan pertanian tak berkurang saat musim kemarau. Debit air saluran Colo Timur mencapai 15 meter per detik, sementara debit air saluran Colo Barat 10 meter per detik.

“Masih aman dan terkendali. Belum ada tanda-tanda Dam Colo mengering. Pasokan air ke lahan pertanian milik petani juga seperti hari biasa,” kata dia saat dihubungi, Senin (7/8/2017).

Advertisement

Selain Sukoharjo, saluran Colo Timur juga mengairi lahan pertanian di wilayah Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, hingga Ngawi, Jawa Timur. Total luas lahan pertanian di sepanjang saluran Colo Timur lebih dari 20.000 hektare. Sementara saluran Colo Barat mengairi lahan pertanian di wilayah Sukoharjo, Wonogiri, dan Klaten dengan luas lahan pertanian sekitar 5.000 hektare.

Dia menambahkan Dam Colo bakal ditutup pada awal Oktober mendatang yang menjadi agenda rutin setiap tahun. Penutupan Dam Colo untuk kegiatan pemeliharaan bangunan selama 30 hari hingga akhir Oktober. “Nanti akan ada sosialisasi penutupan Dam Colo dari instansi terkait. Biasanya, pertemuan itu dihadiri petani pengguna air,” papar dia.

Kondisi serupa terjadi di Waduk Mulur di wilayah Bendosari yang menjadi lokasi budidaya keramba ikan air tawar. Para petani ikan masih melakukan budidaya ikan lantaran debit air waduk belum menyusut signifikan.

Advertisement

Tak menutup kemungkinan, debit air waduk menyusut drastis saat musim kemarau. Imbasnya, ribuan ikan di keramba mati sehingga para petani ikan merugi besar. “Belum mengering. Debit air waduk masih normal,” kata seorang petani ikan, Marwan.

Dia menceritakan penyusutan debit air waduk pernah terjadi pada 2015 lalu. Kala itu, lebih dari satu ton ikan mati lantaran dipengaruhi mengeringnya Waduk Mulur. Para petani ikan tak bisa berbuat banyak saat puncak musim kemarau.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif