Soloraya
Senin, 10 Juli 2017 - 05:35 WIB

WISATA WONOGIRI : Parade 1.000 Obor di Gunung Cumbri untuk NKRI

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Parade 1.000 Obor menuju Bukit Cumbri, Purwantoro, Wonogiri, Sabtu (8/7/2017) malam. (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Wisata Wonogiri, warga Desa Biting, Purwantoro, menggelar parade 1.000 obor di Gunung Cumbri.

Solopos.com, SOLO — Senyum semringah merekah di wajah warga Sumber RT003/RW006 dan Jatisari RT003/RW007 Desa Biting, Purwantoro, Wonogiri, Sabtu (8/7/2017) malam. Tua, muda, hingga anak-anak, warga berbondong-bondong datang ke Basecamp Garuda Muda Gunung Cumbri sambil membawa obor di tangan masing-masing.

Advertisement

Tak hanya itu, sepanjang jalur pendakian dari desa setempat hingga puncak Gunung Cumbri juga dipasangi obor di tepi jalan. Bukit dengan ketinggian 638 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu tampak menyala.

Malam itu, para warga menggelar Parade 1.000 Obor dan Sedekah Bumi sekaligus sebagai persesmian jalur pendakian Gunung Cumbri melalui Dusun Sumber. Kegiatan tersebut berlangsung meriah hingga tengah malam.

Advertisement

Malam itu, para warga menggelar Parade 1.000 Obor dan Sedekah Bumi sekaligus sebagai persesmian jalur pendakian Gunung Cumbri melalui Dusun Sumber. Kegiatan tersebut berlangsung meriah hingga tengah malam.

Ratusan warga bersama para pendaki menyusuri jalur pendakian dengan membawa obor setelah dilepas Wakil DPRD Wonogiri, Sunarmin, pukul 20.30 WIB. Sebagian dari mereka mencapai puncak, namun panitia penyelenggara fokus di pos IV sebagai tempat berkumpul para warga yang mendaki Gunung Cumbri.

Tempat tersebut dipilih karena areanya lebih luas dibandingkan di puncak. Sunarmin mengapresiasi kegiatan yang digagas para pemuda desa tersebut.

Advertisement

Parade 1.000 Obor tersebut bukan semata untuk menawarkan keindahan alam Gunung Cumbri yang nge-hits beberapa tahun ini. Parade itu sekaligus untuk menegaskan Gunung Cumbri sebagai lokasi wisata religi dan sejarah.

“Kami sengaja memilih obor karena simbol penerangan sehingga dengan acaranya ini, Gunung Cumbri melalui jalur ini semakin ramai. Selain itu, pengetahuan mengenai cerita yang melegenda dan turun temurun dari nenek moyang kami tidak putus,” kata Kepala Desa Biting, Masmianto.

Dia menceritakan nama Cumbri berasal dari perkelahian antara Manuk Beri (burung garuda) dan Tikus Jinodo. Nama Cumbri berawal dari kata Cokbri, pencokan beri (tempat singgah Manuk Beri). Pada awalnya, petani setempat meminta bantuan kepada Manuk Beri karena pertanian mereka diserang Tikus Jinodo bersama puluhan ribu pasukannya.

Advertisement

Saat Manuk Beri hendak memakan para tikus itu, justru petani dan kerbaunya yang ditelan Manuk Beri sehingga menjadi korban tipu muslihat Tikus Jinodo. Menyadari kesalahannya, lanjut Masmianto, Manuk Beri merenung di pohon bambu Pring Petung.

Saat Manuk Beri Lengah, Tikus Jinodo menyerang burung tersebut dengan menggigit sayapnya. Kemudian Manuk Beri itu mati di Pring Petung sambil melindungi keluarganya. Di Pos IV ada tulisan Cumbri NKRI karena terinspirasi kisah itu.

“Semoga rela menolong dan kecintaan pada Tanah Air seperti dalam kisah Manuk Beri yang merupakan burung garuda itu bisa kita teladani,” jelasnya.

Advertisement

Meski tergolong objek wisata baru, gunung yang terletak di perbatasan Wonogiri dan Ponorogo itu selalu ramai didatangi pengunjung dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Rata-rata setiap harinya ada 100 orang dan sedangkan akhir pekan ada 200 orang.

“Namun, saat libur Lebaran pengunjung melonjak banyak mencapai 300-400 orang. Kalau yang ngecamp di atas biasanya hanya 10-20 orang,” imbuhnya.

Salah satu pendaki, Ichwan Muhajir, 27, warga Pucanganom, Giritontro, Wonogiri, sengaja mendaki bersamaan dengan parade itu. “Saya ngecamp di puncak. Ini kali kedua saya ke Cumbri, tapi sebelumnya pendakian biasa. Kalau ini sengaja ke sini karena ada parade ini. Nuansa dan sensasinya berbeda,” kata Ichwan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif