SOLOPOS.COM - Jenazah Catur Bambang Sulistyo diturunkan dari mobil ambulans menuju rumah duka Desa Kayuloko RT 002/RW 001 Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, Senin (3/7/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)
Salah satu penumpang helikopter Basarnas yang jatuh di Temanggung dimakamkan di Wonogiri.
Solopos.com, WONOGIRI — Isak tangis tak terbendung saat jenazah Catur Bambang Sulistyo diturunkan dari mobil ambulans menuju rumah duka di Desa Kayuloko RT2 RW1 Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, Senin (3/7/2017).
Istri Catur, Risky Winahyu Putri, keluar dari mobil ambulans dengan langkah lemas sambil memeluk erat sebuah foto berbingkai kayu. Suasana haru menyelimuti rumah duka yang disesaki pelayat itu.
Jenazah Catur tiba di rumah orang tuanya di Desa Kayuloko sekitar pukul 14.30 WIB. Sebelumnya, rombongan berangkat dari Semarang sekitar pukul 09.30 WIB dan singgah terlebih dahulu di rumah mertua Catur di Desa/Kecamatan Girimarto pukul 14.00 WIB.
Jenazah Catur tiba di rumah orang tuanya di Desa Kayuloko sekitar pukul 14.30 WIB. Sebelumnya, rombongan berangkat dari Semarang sekitar pukul 09.30 WIB dan singgah terlebih dahulu di rumah mertua Catur di Desa/Kecamatan Girimarto pukul 14.00 WIB.
Setibanya di rumah duka, jenazah Catur disambut keluarga, tetangga, rekan tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Ketua DPRD Wonogiri Setyo Sukarno, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Sidoharjo, dan sejumlah anggota DPRD Wonogiri.
Catur merupakan salah satu korban kecelakaan Helikopter HR 3602 milik Basarnas yang menabrak tebing di Gunung Butak, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (2/7/2017) kemarin. Sejak kecil dia dikenal punya jiwa sosial yang tinggi untuk menolong orang lain.
Sejak diangkat menjadi tim SAR pada 1 April 2006, Catur langsung masuk tim rescue atau tim penyelamat. Berbagai operasi penyelamatan telah dijalaninya. Tugas terakhir adalah penyelamatan menuju kawah Sileri, Pegunungan Dieng, yang meletus, Minggu lalu.
Namun, pengabdiannya pada tugas-tugas kemanusiaan harus berakhir saat helikopter yang ditumpanginya jatuh di Temanggung, Minggu (2/7/2017). “Dia berjiwa petualang yang ingin selalu menolong orang lain. Sebenarnya dia baru saja selesai bertugas memantau arus balik Lebaran. Tetapi karena ada peristiwa di Dieng itu, dia harus terbang lagi,” kata paman Catur, Budiantoro, seusai salat jenazah di Masjid Al Ikhlas kompleks permakaman Istonoloyo Kayuloko, Sidoharjo, Wonogiri.
Menurut Budiantoro, Catur merupakan salah satu sosok penyelamat terbaik di Basarnas Semarang dan punya loyalitas tinggi. Sebenarnya, masa tugas Catur di posko pengamanan Lebaran 2017 di Gringsing, Kendal, sudah habis.
Namun, adanya insiden di Dieng itu membuatnya harus berangkat menjalankan tugas. “Dia sempat pulang ke rumah sehari setelah Lebaran. Setelah itu dia kembali bertugas untuk memantau arus balik,” kata pria yang menjabat sebagai Staf Keuangan Basarnas Semarang itu.
Saat bertugas memantau arus balik, Catur sempat bersalaman dengan Kapolda Jateng Irjen Pol. Condro Kirono di Posko Gringsing. Kesempatan tersebut sempat diabadikan rekannya dalam sebuah foto. (Baca: Sebelum Heli Tabrak Tebing di Temanggung, Catur Sempat Kirim Foto via WA)
Ternyata foto tersebut merupakan foto terakhir yang dikirimkan kepada keluarganya melalui grup Whatsapp keluarga. “Dia sempat kirim foto itu ke grup,” kata paman Catur lainnya, Kardjo.
Anak pasangan Slamet Hadi Suprapto dan Darmi itu meninggalkan seorang istri, Rizky, serta dua anak yakni Deva Al Fahri dan Anindya Aceline. Anak pertama baru masuk TK sedangkan anak keduanya baru berumur dua tahun.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, berpesan kepada keluarga agar tabah menghadapi cobaan tersebut. Joko Sutopo menyebut Catur sebagai salah satu putra daerah terbaik yang dimiliki Wonogiri.