Soloraya
Selasa, 27 Juni 2017 - 01:45 WIB

Berkreasi dari Balik Jeruji Besi Rutan Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kerajinan tangan para warga binaan Rutan Kelas IIB Wonogiri dijajakan di lokasi pembesukan di Rutan Kelas IIB Wonogiri, Minggu (25/6/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Para napi penghuni Rutan Wonogiri berkreasi membuat aneka kerajinan tangan.

Solopos.com, WONOGIRI — Sejak menyandang status sebagai narapidana di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Wonogiri tiga tahun silam, Giyanto seperti hidup sebatangkara. Meski punya teman sesama narapidana, sudah dua Lebaran berlalu tak ada satu orang pun dari keluarganya yang mengunjunginya.

Advertisement

Lebaran kali ini, pria berumur 65 tahun itu juga hanya bisa melihat teman-temannya bersua keluarga dan kerabat mereka. Selama tiga tahun di Rutan itu, ia hanya satu kali saja dikunjungi anaknya. Itu pun sudah dua tahun yang lalu.

Padahal, Giyanto mempunyai empat orang anak yang sudah berkeluarga. Sedangkan istrinya sudah bercerai dengannya. Selama ini, kakek asal Baturetno itu membuat kerajinan tangan berupa celengan (tempat menabung uang) berbentuk durian untuk membeli rokok maupun kebutuhan yang lain.

Advertisement

Padahal, Giyanto mempunyai empat orang anak yang sudah berkeluarga. Sedangkan istrinya sudah bercerai dengannya. Selama ini, kakek asal Baturetno itu membuat kerajinan tangan berupa celengan (tempat menabung uang) berbentuk durian untuk membeli rokok maupun kebutuhan yang lain.

Keterampilan membuat celengan berbentuk durian itu, ia dapatkan dengan meniru temannya yang mendapatkan pelatihan kerajinan tangan. Ia hanya perlu menyiapkan kertas koran, lem, dan pewarna kertas sebagai bahan utama kerajinan itu.

“Saya buat ini karena melihat teman ada yang bisa buat, kemudian saya mencoba sendiri,” kata Giyanto ketika berbincang dengan Solopos.com, Minggu (25/6/2017).

Advertisement

Selama ini, ia sudah membuat sedikitnya 30 buah, 14 buah di antaranya sudah terjual. “Kalau ukuran besar harganya Rp45.000, ukuran sedang seharga Rp35.000. Sedangkan ukuran kecil dijual dengan harga Rp25.000. Tetapi, kalau yang beli teman sendiri di sini lebih murah,” bebernya.

Selain membuat celengan berbentuk durian, ia juga menjadi petugas kebersihan. Setiap pagi, Giyanto membersihkan setiap sudut rutan yang dihuni 323 orang itu. Lalu dilanjutkan dengan menanam berbagai sayuran.

Jika panen, sayuran yang ditanam, ia jual ke dapur rutan untuk diolah menjadi masakan. “Hasilnya lumayan, karena kembali ke saya lagi,” imbuhnya.

Advertisement

Giyarto merupakan salah satu warga binaan yang mendapat remisi khusus pada Lebaran tahun ini. Hal itu tidak lepas dari kelakuan baiknya selama di rutan. Ia terpaksa mendekam di balik jeruji besi lantaran mencabuli anak di bawah umur.

“Selain Mbah Giyanto, banyak warga binaan lain yang membuat kerajinan tangan seperti miniatur kapal, lampu lampion, dan lain,” kata Kasubsi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Wonogiri, Roni Asmoro, mewakili Kepala Rutan Kelas IIB Wonogiri, Dedy Cahyadi.

Selain berkreasi di dalam rutan, warga binaan juga ada yang berkreasi di luar rutan, sebagian besar di bidang peternakan melalui budidaya sapi, kambing, hingga lele. Mereka mendapatkan pelatihan sebagai persiapan asimilasi.

Advertisement

“Tujuannya mengenalkan kepada masyarakat sekaligus agar narapidana itu menjadi manusia yang berdaya guna tidak hanya menjalani pidana saja, tetapi juga pembinaan,” jelas Roni.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif