Soloraya
Minggu, 25 Juni 2017 - 22:45 WIB

Jadi Satu-Satunya Penerima Remisi Langsung Bebas di Rutan Solo, Napi asal Sragen Ini Menangis

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Agung Widodo, 21, warga Tangen, Sragen (kanan) saat menerima surat keputusan (SK) remisi dan bebas dari hukuman di Rutan Solo, Minggu (25/6/2017). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Lebaran 2017, seorang napi asal Sragen langsung bebas karena mendapat remisi.

Solopos.com, SOLO — Seorang narapidana (napi) asal Kecamatan Tangen, Sragen, Agung Widodo, 21, menerima kado manis selepas menunaikan Salat Idul Fitri di dalam Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IA Solo, Minggu (25/6/2017).

Advertisement

Terpidana kasus pencurian motor itu akhirnya bisa menghirup udara bebas setelah menerima remisi di Hari Raya Idul Fitri. “Dari 201 napi yang memperoleh remisi kali ini, hanya satu napi yang bebas bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri,” ujar Kasi Pelayanan Tahanan Rutan Solo, Solichin, kepada Solopos.com, Minggu.

Pemberian remisi merupakan agenda tahunan Rutan Solo yang diberikan kepada napi berperilaku baik. Prosesi pemberian remisi dilakukan melalui upacara. Mereka yang memperoleh remisi bervariasi.

Ada yang hanya 15 hari ada pula yang 1,5 bulan. Meski demikian, sangat jarang napi yang memperoleh remisi lalu bebas bertepatan dengan suasana Lebaran. “Saudara Agung ini bebas setelah dapat remisi 15 hari. Waktunya bertepatan dengan Lebaran. Dia sempat menangis tadi saat dipanggil,” jelas Solichin seraya menyebutkan kegiatan positif Agung di Rutan yakni sebagai anggota pramuka.

Advertisement

Sesaat setelah memperoleh remisi, Agung sempat tak percaya. Pemberian remisi itu memang bersifat rahasia dan baru diketahui malam harinya oleh petugas. “Jadi, semua napi sama sekali tak menyangka siapa saja yang bakal dapat remisi dan siapa saja yang bebas,” terangnya.

Solichin menceritakan Agung sempat kebingungan setelah bebas. Dia tak tahu harus pulang naik apa, pakai uang siapa, dan ke mana akan pergi. Keluarga Agung sama sekali tak tahu dirinya bebas hari itu. Itulah sebabnya ketika Agung keluar dari gerbang penjara, tak ada penyambutan dari keluarga, kerabat, maupun kawan-kawannya.

“Akhirnya, kami berikan dia uang transportasi. Kasihan juga kami melihat Agung enggak bisa pulang,” jelas Solichin.

Advertisement

Otoritas Rutan sempat menawarkan kepada Agung agar dihubungkan keluarganya di rumah. Namun, rupanya Agung tak berkenan. Ia meminta agar pengelola Rutan tak memberi tahu kabar itu kepada keluarga atau kerabatnya.

“Alasannya, dia merasa malu sebagai bekas narapidana. Bebas kok dari napi,” jelas Solichin menirukan kata-kata Agung saat itu.

Solichin menegaskan tak semua narapidana memiliki karakter buruk, jahat, dan susah diatur. Menurutnya, narapidana yang memang asalnya baik, jujur, dan kreatif, juga sangat banyak. Tak sedikit dari mereka yang kemudian sukses, menjadi tokoh agama dan panutan masyarakat.

“Agung ini salah satunya. Dia ini sebenarnya tak berniat mencuri, hanya meminjam sepeda motor tetangganya. Tapi dituduh mencuri,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif