Entertainment
Minggu, 18 Juni 2017 - 21:01 WIB

FILM INDIE : Serunya Nonton Dokumentasi Sejarah Kota hingga Fiksi Cinta

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potongan adegan salah satu film yang diputar dalam acara Layar Tancep Kisi Kelir #2 di Pelataran Kusumasari Restaurant and Ice Cream Solo, Jumat (16/6/2017) malam. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Film-film indie diputar dalam agenda isi Kelir #2 di pelataran Kusumasari Restaurant and Ice Cream Solo, Jumat (16/6/2017) malam.

Solopos.com, SOLO–Dokumentasi sejarah yang terwakili oleh bangunan mangkrak bekas Rumah Sakit Kadipolo di Kelurahan Penularan, Laweyan, melengkapi agenda layar tancep Kisi Kelir #2 di pelataran Kusumasari Restaurant and Ice Cream Solo, Jumat (16/6/2017) malam.

Advertisement

Diceritakan melalui karya dokumenter berjudul Who Care’s, film arahan sutradara muda Evan Rindi Silvanus ini menarik simpati para penonton. Tanpa banyak narasi, Evan mengambil gambar video setiap detail ruangan bekas rumah sakit di Solo tersebut. Mulai dari halaman depan, bangsal, hingga bangunan bekas kamar mayat.

Di pembukaan film dia menggambarkan salah satu ruangan rumah sakit yang sekarang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal warga Solo, Yayuk bersama keluarganya. Di tengah isu mistis yang berkembang di area tersebut, Yayuk bertahan gedung bekas ruang olahan obat berlantaikan tanah.

“Ya saya tinggal lama di sini. Ini ya mung nunut [numpang] Mas. Untungnya pemilik tanah bekas Rumah Sakit ini mengizinkan,” kata Yayuk.

Advertisement

Selesai penayangan itu, penonton yang mayoritas anak muda diajak untuk menyaksikan drama percintaan seorang kondektur bus area Jawa Timur. Film fiksi berjudul Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ini diputar di pengujung acara. Meski digarap dengan durasi panjang, penonton setia menyaksikannya hingga rampung.

Sang sutradara, Eka Wahyu Primadani mengemasnya dengan alur cerita yang ringan dengan seting utama di dalam bus. “Cerita ini sebenarnya fiksi tapi inti permasalahannya saya bikin dari pengalaman pribadi seorang kondektur bus. Ya soal percintaan, perselingkuhan,” kata mahasiswa ISI Yogyakarta yang biasa dipanggil Kecap ini saat sesi diskusi.

Kecap mengatakan masalah terbesar dalam membuat film pendek adalah ketika sutradara merasa tak ada masalah. Untuk itu sebagai pemula ia selalu mengangkat tema yang benar-benar sudah dikuasai. Seperti AKDP yang sangat dekat dengan aktivitasnya sehari-hari sebagai pengguna jasa bus dan anggota Busmania Community.

Advertisement

Sebagai ajang belajar sekaligus publikasi, Kecap membuka kesempatan bagi para penikmat film lainnya yang berminat memutar film karyanya dengan sebelumnya mengirim Direct Message (DM) di akun instagram @antarkotadalamprovinsi.

Selain AKDP dan Who Care’s masih ada enam film lainnya yang diputar dalam acara tersebut. Berdasarkan data dari pihak penyelenggara wadah pemutaran film alternatif yang dihelat kali kedua ini sukses menarik minat para sineas muda.

Ada sekitar 18 film yang lolos seleksi dalam sesi kali ini dari total pendaftar mencapai 30 judul. Sepuluh judul film lainnya bakal diputar dalam acara serupa pasca-Lebaran.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif