Lifestyle
Jumat, 16 Juni 2017 - 21:45 WIB

RAMADAN 2017 : Kisah Nabi Muhammad Dapatkan Lailatul Qadar

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi malam Lailatul Qadar (sajhavideo.com)

Malam Lailatul Qadar di malam terakhir bulan Ramadan diyakini lebih baik dari 1.000 bulan.

Solopos.com, SOLO – Malam Lailatul Qadar menjadi momen penting di malam-malam terakhir bulan Ramadan. Lailatul Qadar disebut lebih baik dari 1.000 bulan.

Advertisement

Malam yang hadir pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan menurut beberapa riwayat jatuh pada tanggal-tanggal ganjil ini menuntut kesiapan dari manusianya itu sendiri untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Artinya, apabila jiwa telah siap, kesadaran telah tumbuh dan bersemi, dan Lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi saat qadar, dalam arti saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa-masa mendatang.

Sebagaimana dilaporkan Nu.or.id, Jumat (16/6/2017), saat-saat menentukan dan mengubah seluruh kehidupan Nabi Muhammad dan umatnya ialah ketika beliau menyendiri di Gua Hira. Saat itu merupakan momen kali pertama Nabi SAW menemukan malam Lailatul Qadar.

Advertisement

Ketika jiwa Nabi Muhammad telah mencapai kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing Nabi sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia.

Berdasarkan kisah Nabi tersebut, Lailatul Qadar tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Malam Lailatul Qadar diraih oleh manusia ketika dia telah siap dengan segala kebaikan dan kemuliaan hatinya. Jadi, hadirnya malam yang akan mengubah perjalanan hidup seorang tersebut menuntut peran aktif manusia dalam beramal, beribadah, melakukan kebaikan untuk semua manusia, dan menyucikan jiwanya.

Kenapa malam Lailatul Qadar hadir di malam terakhir Ramadan? Jiwa manusia yang berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinakan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya. Itu pula sebabnya Nabi SAW menganjurkan sekaligus mempraktikkan i’tikaf (berdiam diri dan merenung di masjid) pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif