News
Kamis, 15 Juni 2017 - 19:29 WIB

Penyerang Novel Baswedan Belum Terendus, Kontras, "Sidik Jari Punya Siapa?"

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) UGM bersama sejumlah LSM di Jogja membentangkan poster kecaman terkait peristiwa penyiraman air keras yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan di Kantor Pukat UGM, Selasa (11/4/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Kontras heran mengapa polisi belum juga bisa mengungkap identitas penyerang Novel Baswedan.

Solopos.com, JAKARTA — Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) menilai Novel Baswedan berhak mengungkap dugaan keterlibatan petinggi kepolisian dalam teror penyiraman air keras terhadap dirinya. Justru, Kontras mengaku heran dengan kepolisian yang belum juga menemukan pelaku teror tersebut hingga dua bulan setelah kejadian.

Advertisement

Koordinator Kontras, Yati Andriyani, meminta kepolisian tidak berpolemik soal menangapa Novel mengungkapkan ke media dan tidak kepada polisi. Dia menilai dugaan yang diungkapkan Novel seharusnya menjadi informasi yang bisa ditindaklanjuti.

“Itu bukan satu serangan bagi insitusi kepolisian, posisi Mas Novel sebagai korban dalam kasus yang sudah lama tidak terungkap. Sangat dimungkinkan dia memberikan petunjuk, kami menduga itu menjadi satu informasi yang bisa ditindaklanjuti kepolisian, ketimbang berpolemik kenapa diungkap ke media, kenapa tidak ke polisi, dan sebagainya,” kata Yati yang ditayangkan live dari Studio Kompas TV, Kamis (15/6/2017) malam.

Advertisement

“Itu bukan satu serangan bagi insitusi kepolisian, posisi Mas Novel sebagai korban dalam kasus yang sudah lama tidak terungkap. Sangat dimungkinkan dia memberikan petunjuk, kami menduga itu menjadi satu informasi yang bisa ditindaklanjuti kepolisian, ketimbang berpolemik kenapa diungkap ke media, kenapa tidak ke polisi, dan sebagainya,” kata Yati yang ditayangkan live dari Studio Kompas TV, Kamis (15/6/2017) malam.

Yati mengaku heran mengapa polisi belum juga menemukan eksekutor teror penyiraman air keras itu. Padahal, ada banyak petunjuk di lapangan yang bisa ditelusuri oleh polisi, mulai dari cangkir yang dipakai untuk menyiramkan air keras, gamis Novel, hingga pria yang datang ke rumah Novel sebelum kejadian.

“Kami temukan kejanggalan. Polisi belum mengungkap ini sidik jari milik siapa? Padalah ada cangkir di lapangan, tapi polisi belum temukan sidik jari, cangkir itu dilempar cukup keras, dan cangkir itu cukup besar,” kata Yati.

Advertisement

Berdasarkan temuan Kontras, dia menilai banyak petunjuk yang belum ditindaklanjuti kepolisian. Dalam catatan sebelumnya, kasus-kasus yang sulit dibongkar sering melibatkan pihak yang terorganisir. Oleh karena itu, polisi harus berani mengungkapnya. “Jangan sampai itu merusak citra kepolisian.”

Karena itulah, kata dia, sejak awal Kontras mengusulkan adanya tim independen untuk mengusut kasus ini. “Karena di sana [kepolisian], kami khawatir ada konflik kepentingan, karena dia [Novel] berkali-kali bersinggungan dengan kepolisian.”

Menurutnya, di sinilah peran penting Presiden Jokowi untuk berada di depan dalam mengawal kasus ini. Seharusnya, kata dia, Presiden tahu bahwa serangan ini bukan terhadap individu Novel, tapi terhadap KPK.

Advertisement

“Selain itu KPK juga belum mengambil tindakan yang urgen, harusnya KPK bisa juga memberlakukan pasal obstacle of justice, artinya pihak-pihak yang menghalangi penyidikan”.

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Time, Jonathan Emont, di rumah sakit di Singapura, Novel mengungkapkan enam kali teror yang dialaminya sejak 2011 lalu, termasuk saat sebuah mobil menabrak dirinya. Novel mengaku heran mengapa polisi belum juga menemukan pelaku serangan teror terakhir terhadap dirinya, yaitu penyiraman air keras.

I’ve actually received information that a police general — a high level police official — was involved. At first I said the information was false. But now that it’s been two months and the case hasn’t been resolved, I said [to the person who made the allegation] the feeling is that the information is correct [Saya sebenarnya mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi–seorang pejabat tinggi kepolisian–terlibat. Awalnya saya menganggap informasi itu salah. Tapi sekarang sudah dua bulan dan kasus belum terungkap. Saya katakan [pada orang yang menduga itu] sepertinya informasi itu benar,” kata Novel yang dikutip Time.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Novel Baswedan
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif