Soloraya
Kamis, 15 Juni 2017 - 08:35 WIB

HIV/AIDS SOLO : Kiprah Mama Londo Memupuk Kesadaran Tes HIV Kaum Waria

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas kesehatan UPT Puskesmas Setabelan Solo mengambil darah di tangan seorang waria yang mengikuti tes HIV di puskesmas setempat, Rabu (14/6/2017). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Salah satu waria, Mama Londo, terus berupaya menjangkau kaum waria agar menjalani tes HIV.
Solopos.com, SOLO — Tiga laki-laki berpenampilan kemayu mendatangi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Setabelan, Banjarsari, Rabu (14/6/2017) sekitar pukul 08.30 WIB. Kehadiran mereka sontak menjadi perhatian beberapa warga Kota Bengawan yang tengah berobat di fasilitas kesehatan (fakses) tingkat pertama di Jl. Lumban Tobing No. 10 tersebut.
Setelah mampir di meja pendaftaran, ketiga waria itu kemudian menuju ke bagian tengah kompleks puskesmas. Seorang waria berambut pirang bernama alias Lousiana Margaretha Pattiwel, 49, memimpin rombongan masuk ke ruang voluntary counseling and testing (VCT) Puskesmas Setabelan.
Waria  yang lebih akrab disapa Mama Londo tersebut lantas meminta kedua orang waria yang ikut bersamanya itu bersiap melakukan tes HIV. Mama Londo turut terlibat membantu tenaga kesehatan Puskesmas bernama Yanik Riani Naryati menjelaskan beberapa perkara soal HIV kepada kedua waria.
“Sebulan, saya punya kewajiban turun ke lapangan 16 hari untuk menjangkau teman-teman waria di Soloraya. Saya mencoba memberikan sosialisasi terkait upaya pencegahan HIV/AIDS dan mengajak mereka rutin melakukan tes. Ini bentuk kepedulian saya terhadap kesehatan teman-teman. Jangan sampai mereka terjangkit dan sekaligus menularkan virus HIV/AIDS kepada orang lain,” kata Mama Londo saat berbincang dengan Solopos.com di Puskesmas Setabelan, Rabu.
Mama Londo sejak 2004 lalu telah bekerja sebagai petugas intervensi kesehatan waria di Yayasan Mitra Alam Sukoharjo yang bergerak dalam program pencegahan HIV/AIDS. Waria kelahiran Semarang tersebut mengklaim kini tengah berupaya memantau pergerakan sedikitnya 103 waria di Soloraya.
Ketika menjangkau para waria lain, Mama Londo bukan saja memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjaga perilaku kesehatan, melainkan juga mendorong mereka untuk tidak memilih bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK).
“Saya tidak memungkiri masih ada teman-teman waria yang bekerja sebagai PSK. Tapi saya yakin jumlahnya terus berkurang. Kini banyak dari mereka yang awalnya bekerja sebagai PSK telah membuka usaha salon, toko, penjahit, dan lain sebagainya. Mereka tidak lagi menjajakan diri sebagai pekerja seks. Namun, bukan berarti mereka yang tidak menjadi PSK bebas tertular HIV. Maka dari itu, saya berupaya memberikan pemahaman cara mencegah penularan HIV,” jelas Mama Londo.
Mama Londo menyebut waria di Soloraya telah memiliki wadah bernama Himpunan Waria Solo (Hiwaso). Dengan bergabung menjadi anggota Hiwaso, waria akan mendapat perlindungan terutama untuk kehidupan sosial dan ekonomi.
Dia menyebut Hiwaso merupakan lembaga resmi yang telah diakui pemerintah. Beberapa kali Hiwaso juga mendapat bantuan dari pemerintah seperti dana usaha ekonomi kreatif untuk 100 waria pada 2010. Ada juga bantuan dana usaha yang diberikan kepada waria dengan HIV/AIDS.
“Saya berupaya memberikan link kepada teman-teman waria agar bisa bekerja di luar sebagai PSK. Sekarang tentu masih ada waria yang mengamen, hingga nyebong mangkal. Saya ingin teman-teman beralih kegiatan dengan membuka usaha. Pada dasarnya saya ingin kaum waria tidak ingin dikasihani. Saya hanya ingin keberadaan kaum waria diakui di tengah-tengah masyarakat. Di beberapa kesempatan kami juga bisa melebur dengan masyarakat dengan menggelar donor darah hingga santunan ke panti asuhan,” jelas Mama Londo yang kini diamanahi menjadi pembina Hiwaso itu.
Kini Mama Londo punya harapan yang belum bisa terealisasikan, yakni membangun panti jompo untuk waria. Waria yang dulu juga pernah menjadi PSK tersebut mengaku telah mengajukan proposal ke pemerintah namun belum juga direspons.
Mama Londo menceritakan pengalaman beberapa kali menemui waria yang telah lanjut usia (lansia) hidupnya tak terurus. Mereka bahkan tinggal di pinggir jalan. Mama Londo berharap kaum waria juga bisa diterima dalam layanan panti yang disediakan pemerintah maupun swasta.
Kepala UPT Puskesmas Setabelan, dr. Sri Rahayu Susilowati, mengapresiasi tindakan Mama Londo yang bersedia aktif menjangkau kalangan waria lain yang termasuk populasi kunci penyebaran HIV/AIDS. Dia menyebut ada keuntungan jika ada kaum waria yang ikut bergerak, yakni bisa lebih dalam menjangkau populasi kunci.
Sri mengimbau kaum waria untuk mulai sadar untuk menjaga diri dengan menghindari perilaku seksual yang tidak sehat atau aman. Dia mempersilakan siapa saja, bukan saja waria datang ke puskesmas melakukan tes HIV.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif