Jogja
Sabtu, 10 Juni 2017 - 12:22 WIB

UMKM BANTUL : Pilih Mana, Peci Aceh atau Taliban?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sarti Rahayu saat memproduksi peci rajut di rumahnya, Jumat (9/6/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

UMKM Bantul kali ini mengenai kerajinan peci.

Harianjogja.com, BANTUL — Santri dan Pleret, adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Relijiusitas memang sudah melekat erat pada identitas dari kecamatan yang berjarak sekitar 13 kilometer dari itu.

Advertisement

Tak hanya dari banyaknya pondok pesantren saja, di wilayah Pleret, terutama di Dusun Bedukan, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, produksi peci rajut ternyata bertumbuh sejak belasan tahun lalu. Adalah Sarti Rahayu, seorang perempuan yang dengan tekun mengembangkan bisnis kerajinannya itu.

Kini, tiap bulannya, Sarti sudah terbiasa mengirim ribuan peci rajutnya ke beberapa daerah, baik di dalam maupun luar negeri. Terlebih saat Ramadan seperti ini, pesanan bisa berkali lipat meningkatnya.

Ketika ditemui di kediamannya, ia menceritakan, sejak belasan tahun silam, secara turun temurun, warga di sekitarnya memang sudah memiliki kemampuan dan keahlian merajut peci. Sebagai bahan bakunya, mereka menggunakan bahan nilon yang dikombinasikan dengan beberapa bahan lain.

Advertisement

“Salah satunya adalah saya,” katanya saat ditemui di rumahnya, Jumat (9/6/2017)

Sejauh ini, motif yang dirajutnya memang mengacu pada dua jenis peci, yakni Aceh dan Taliban. Namun, beberapa tahun terakhir, Peci Taliban jarang lagi diproduksinya.

“Pemesan peci taliban sekarang sudah mulai jarang,” imbuhnya.

Advertisement

Terlebih saat Ramadan sepert ini, ia dibantu oleh 12 perempuan di sekitar rumahnya, memproduksi hingga lebih dari 2.000 buah peci. Jumlah ini diakuinya meningkat lebih dari 50 persen dibanding dengan bulan-bulan biasa yang hanya sekitar 500 hingga seribu peci saja.

Para perempuan perajut yang membantunya tidak hanya berasal dari Dusun Bedukan saja, melainkan juga dari daerah lain seperti Wonosari, Gunungkidul.

“Mereka ambil atau saya kirim benang dan bahan lain lalu dirajut di rumah. Kalau sudah jadi baru disetorkan kesini,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif