Lifestyle
Sabtu, 10 Juni 2017 - 22:45 WIB

TIPS KELUARGA : Mau Keluarga Sejahtera? Investasi Aja

Redaksi Solopos.com  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (idiva.com/JIBI)

Investasi harus tetap dilakukan sekali pun kita sudah memiliki keluarga.

Solopos.com, SOLO — Investasi tidak hanya berlaku untuk mereka yang masih lajang. Jika Anda sudah memiliki keluarga, Anda juga harus tetap melakukan investasi. Investasi bisa menjadi jawaban untuk semua kebutuhan keuangan keluarga Anda.

Advertisement

Perencana keuangan, Siti Ruhailah Abdulrahman, membeberkan pada 2013 lalu Kandence International melansir riset prioritas penghasilan masyarakat Indonesia. Hasilnya cukup mencengangkan, 80% responden menghabiskan penghasilannya untuk biaya hidup sehari-hari. Mereka nyaris tidak memiliki tabungan atau investasi.

Ila, sapaan akrabnya, mengatakan setelah berumah tangga, ada kewajiban yang harus dipenuhi lewat investasi. Kebutuhan keuangan hamil, melahirkan, dana pendidikan anak, pernikahan, ibadah ke Tanah Suci, sampai pensiun, membutuhkan persiapan.

“Produk investasi keuangan untuk setiap pasangan tidak sama. Tergantung tujuan dan profil risikonya. Harus jelas, tujuan, jangka waktu, lantas risiko investor yang mau diambil apakah konservatif, moderat, seimbang, atau agresif,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (12/4/2017).

Advertisement

Ila menjelaskan beberapa jenis investasi yang bisa dipilih, deposito untuk tujuan jangka pendek di bawah satu tahun; menengah bisa memilih reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, atau reksadana campuran; untuk jangka panjang atau di atas delapan tahun bisa memilih properti, emas, atau reksadana saham.

Ia mengatakan komposisi keuangan keluarga yang sehat untuk kebutuhan investasi minimal 20% dari pendapatan; pengeluaran sosial 10% (zakat, derma, dll); membayar cicilan dan utang produktif maksimal 30%; sedangkan 40% atau sisanya bisa untuk biaya hidup, makan, listrik, transportasi, komunikasi, jalan-jalan, dll.

Konsultan yang mengelola Shila Financial ini menyampaikan setiap keluarga secara berkala perlu melakukan pengecekan kesehatan keuangan. “Caranya dengan menjawab kuisioner, data arus kas bulanan, tahunan, daftar kekayaan, kewajiban, serta tujuan keuangan. Cara ini bisa digunakan sebagai penentu profil risiko,” bebernya.

Advertisement

Menurut Ila, banyak pasangan usia produktif kurang sadar pentingnya bijak mengelola keuangan. Padahal, kebutuhan biaya pendidikan anak sampai kuliah (anak baru lahir hingga usia 18 tahun) paling tidak membutuhkan Rp2 miliar-Rp8 miliar. Sedangkan untuk pensiun 30 tahun yang akan datang (usia 25 tahun dan produktif), butuh sekitar Rp20 miliar.

“Itu tidak akan bisa dicapai kalau kita bergaya hidup konsumtif. Mulai berinvestasi, lantas konsultasikan dengan perencana keuangan supaya tidak salah tempat. Pendapatan selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan, tapi selalu kurang untuk gaya hidup,” pesannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif