Soloraya
Minggu, 4 Juni 2017 - 23:35 WIB

PERTANIAN SRAGEN : Sebagian Petani Sukorejo Masih Trauma Dengan Investor Padi Organik

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga mengoperasikan dua unit mesin giling gabah di tempat penggilingan padi Dukuh Dayu Lor RT 006, Desa Sukorejo, Sambirejo, Sragen, Sabtu (3/6/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pertanian Sragen, rencana pendirian pabrik beras organik di Sukorejo disambut dingin oleh petani.

Solopos.com, SOLO — Gabah organik memenuhi lantai jemur di depan penggilingan padi berkapasitas 1-2 ton di Dukuh Dayu Lor RT 006, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Sabtu (3/6/2017).

Advertisement

Seorang perempuan separuh baya sibuk membolak-balik gabah. Perempuan itu merupajan salah satu dari tiga tenaga kerja di rice mills atau penggilingan padi milik Yadi, seorang juragan beras/gabah organik terbesar di Sukorejo.

Para tenaga kerja itu menyiapkan beras 3 ton yang akan dikirim ke luar daerah pada Senin (5/6/2017) ini. Seorang tenaga kerja asal Karanganyar, Wawan, 30, sudah bekerja di penggilingan padi itu selama lima tahun. Ia bertugas memproses gabah menjadi beras dengan mengoperasikan dua unit mesin di selepan itu.

Advertisement

Para tenaga kerja itu menyiapkan beras 3 ton yang akan dikirim ke luar daerah pada Senin (5/6/2017) ini. Seorang tenaga kerja asal Karanganyar, Wawan, 30, sudah bekerja di penggilingan padi itu selama lima tahun. Ia bertugas memproses gabah menjadi beras dengan mengoperasikan dua unit mesin di selepan itu.

“Beras dari sini nanti harus diproses lagi agar terpilah antara beras butir utuh dengan yang butir patah. Setelah itu dikemas dan siap dipasarkan,” ujar Wawan seraya menunjukkan beras hasil selepan yang masih bercampur dengan beras broken.

Di Sukorejo terdapat enam unit selepan kecil. Juragan beras organik, Yadi, memiliki dua unit selepan di Dayu Lor dan di Pondok RT 012, Sukorejo. Petani setempat seperti Setyo Sukamto, Supriyanto, Dimyati, dan Sukir, masing-masing memiliki satu unit selepan.

Advertisement

“Kalau di Sukorejo ini ada 132 hektare. Semua gabah nanti mau dibeli semua tetapi tidak semua petani mau menjual karena ada sebagian yang dikonsumsi sendiri. Keberadaan PT KAR tidak akan mengganggu keberadaan penggilingan padi kecil karena potensi padinya banyak sampai ke Karanganyar. Yang diambil PT KAR kan hanya yang gabah organik,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Sabtu.

Munculnya PT KAR yang diinisiasi Bupati Sragen dan mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko memberi angin segar bagi petani Sukorejo. Permasalahan pemasaran beras organik yang sulit menemukan solusi. Yadi biasanya hanya bisa menjual 4-5 ton per bulan. Ia menaruh harapan besar kepada PT KAR yang memungkinkan menyerap gabah petani sampai ratusan ton.

Namun, di sisi lain kehadiran PT KAR belum masuk ke hati para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sri Makmur Sukorejo. Kelompok tani itu beranggotakan 60 petani dengan luas lahan 32 hektare. Pemasaran beras organik di Poktan Sri Makmur itu selama ini lewat Supriyanto, 43, pemilik penggilingan padi di Dukuh Pondok RT 009, Desa Sukorejo.

Advertisement

Supriyanto yang juga Wakil Ketua Poktan Sri Makmur masih sangsi dengan niat baik PT KAR. Surat perjanjian kerja sama yang disodorkan PT KAR pun belum diapa-apakan.

“Terus terang, kami masih trauma dengan adanya penawaran seperti PT KAR. Pada 2015 lalu, ada investor dari Jogja yang menawarkan tanam padi varietas bawor. Setelah petani tanam bawor semua ternyata investor itu tidak jadi beli. Jangan-jangan PT KAR ini juga demikian. Kami masih menunggu dulu bagaimana pelaksanaannya nanti,” ujar Supri saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya.

Selama ini, Supri memiliki pasar khusus di Jogja dengan permintaan rutin 1 ton per bulan. Sebelumnya, Supri juga yang menyuplai permintaan padi organik di Padi Mulya Sragen tetapi sekarang permintaan dari Padi Mulya Sragen berkurang.

Advertisement

“Dari kesepakatan teman-teman petani, lebih baik berjalan dengan pola lama dulu sambil melihat pelaksanaannya seperti apa,” tuturnya.

Poktan Sri Makmur merupakan pioner beras organik di Sukorejo. Label sertifikasi dari Indonesia Organic Farming Certification (Inofice) didapat Sri Makmur bersama empat kelompok tani lainnya di Sukorejo sejak 2008.

Sebelum Ramadan lalu, tim Inofice sudah mengecek kondisi padi organik di Sukorejo untuk memantau perkembangan sistem organik di Sukorejo. “Proses sertifikasi itu yang bayar pemerintah. Petani hanya menjalankan. Kemarin yang dicek banyak, seperti airnya, pupuknya, dan seterusnya. Kalau menemukan bakan kimia maka menjadi temuan dan sertifikat organik bisa dicabut. Menanam padi varietas berbeda saja jadi temuan juga,” katanya.

Hanya enam varietas padi yang boleh ditanam di lahan besertifikat organik di Sukorejo, yakni varietas mentik, sintanur, ciherang, IR 64, beras merah, dan beras hitam. Supri ingat saat menanam bawor itu juga menjadi temuan dari Inofice.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif