News
Kamis, 25 Mei 2017 - 23:06 WIB

Bom Kampung Melayu Diduga Reaksi ISIS Atas Darurat Militer di Filipina

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peta perairan Sabah dan Filipina Selatan. (Google Map)

Bom di Kampung Melayu diduga merupakan reaksi jaringan ISIS atas keputusan Rodrigo Duterte menerapkan darurat militer di Filipina Selatan.

Solopos.com, JAKARTA — Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, meminta pemerintah Indonesia mengantisipasi dampak kebijakan Filipina yang memberlakukan darurat militer di Kepulauan Mindanao. Pasalnya, bom di Kampung Melayu, Rabu (24/5/2017) malam diduga berkorelasi dengan kebijakan tersebut.

Advertisement

“Pemberlakuan darurat militer di Pulau Mindanao oleh Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, harus dicermati pemerintah Indonesia. Karena, kebijakan itu membuat ruang gerak pasukan ISIS semakin terbatas,” kata Hasanuddin, di Jakarta, Kamis ((25/5/2017).

Dia menduga kejadian terakhir muncul karena ruang gerak di Filipina terbatas. Kelompok pendukung ISIS di Indonesia kemudian berupaya memunculkan eksistensinya dengan mengumumkan kepada dunia internasional bahwa mereka juga ada di Indonesia.

Selain itu, dia juga menilai kelompok militan ISIS di Filipina memiliki korelasi yang kuat dengan kelompok militan di Indonesia sehingga akan sangat mudah mendapatkan akses untuk masuk ke Indonesia.

Advertisement

“Indikasi ada korelasi kelompok ISIS di Filipina dengan kelompok militan di Indonesia bisa dilihat dari tiga WNI terafiliasi ISIS yang tewas dalam bentrokan bersenjata melawan militer Filipina di Pulau Mindanao pada April 2017,” ujarnya.

Politisi PDIP itu mengimbau pemerintah untuk menjalankan empat langkah dalam mengantisipasi aksi teror yang dilakukan kelompok ISIS. Pertama, pihak imigrasi harus meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing yang masuk wilayah Indonesia, dan juga warga negara Indonesia yang kembali ke Tanah Air.

“Pihak imigrasi harus meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing yang masuk Indonesia, dan WNI yang kembali ke Tanah Air,” katanya.

Advertisement

Kedua, aparat intelijen harus aktif bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan wilayah, terutama lokasi yang patut dicurigai sebagai tempat persembunyian dan latihan perang para combatan ISIS. Ketiga, aparat keamanan harus aktif melakukan razia bahan-bahan kimia yang berpotensi bisa dijadikan bom.

“Apabila intelijen menemukan ada indikasi-indikasi yang kuat, segera koordinasi dengan aparat keamanan untuk segera dilakukan tindakan. Aparat keamanan lakukan sweeping bahan-bahan kimia yang berpotensi bisa dijadikan peledak,” katanya.

Dia menjelaskan langkah keempat, Presiden Joko Widodo harus segera mengintruksikan semua unsur intelijen untuk melakukan operasi intelijen khusus mengejar dan menangkap aktor-aktornya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif