Jogja
Rabu, 26 April 2017 - 11:07 WIB

Museum Dirgantara Tambah Koleksi Baru Pesawat Legenda

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meninjau pesawat tempur F5 E/F Tiger II yang diresmikan menjadi monumen pada Selasa (25/5/2017). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala meresmikan monumen pesawat tempur F5 E/F Tiger II

 

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala meresmikan monumen pesawat tempur F5 E/F Tiger II yang telah beroperasi selama 35 tahun pada Selasa (25/42017). Sementara itu, permintaan akan pesawat tempur pengganti juga telah diajukan ke Kementriaan Pertahanan.

Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan jika pesawat tempur tersebut merupakan legenda pada masanya. Sejumlah operasi telah dilakukan oleh peswat yang beroperasi sejak 1980 hingga 2016 ini.  Karena itu, masyarakat diharapkan bisa merasakan manfaat langsung dengan hadirnya pesawat ini di museum.

“Karena dipensiunkan, kita juga sekaligus mencari penggantinya,” jelasnya ditemui usai peresmian.

Advertisement

Selama masa operasinya, pesawat berjuluk sang macan ini telah berhasil mencetak sedikitnya 6 penerbang TNI AU dengan angka 2.000 jam terbang. Pesawat dengan rentang sayap 8,13 meter dan panjang badan 14,68 meter ini bisa mencapai kecepatan maksimum hingga 1.669 km/jam. Ketinggian terbang yang bisa dicapai yakni 15.790 meter dengan maksimum jarak jelajah 2.483 meter.

Ia menyampaikan harapan jika pesawat pengganti generasi 4,5 yang dianggap lebih canggih dan sesuai dengan masanya. Pihaknya juga telah mengajukan data mengenai spesifikasi yang dibutuhkan meski keputusan akhirnya ada di tangan Kementriaan Pertahanan.

Selain itu, AU juga saat ini sedang berupaya menambah kemampuan penginderaan dengan pengadaan sejumlah pesawat dan melengkapi radar yang sudah ada. Sedianya, akan dilakukan penambahan radar hingga total 32 unit.

Advertisement

Meski demikian, Marsekal Hadi mengakui jika jumlah tersebut sebenarnya belum ideal. Saat ini pihaknya juga sedang menjalin kerja sama dengan Kementriaan Perhubungan untuk bisa ikut menggunakan radarnya. “Nanti bisa integrated,”jelasnya.

Sementara itu, Marsekal Djoko Suyanto, salah satu penerbang pesawat tempur ini mengatakan dijadikannya pesawat tersebut sebagai salah satu koleksi museum merupakan upaya untuk membina generasi muda. “Jika dulu yang menikmati teknisi dan pilot makan sekarang dinikmati langsung oleh masyarakat,” ujarnya.

Dikatakan pula jika pesawat ini telah banyak berjasa dalam sejumlah operasi di perbatasan maupun mencegah penyelundupan lewat jalur laut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif