Soloraya
Rabu, 26 April 2017 - 15:35 WIB

Warga Boyolali Belajar Menyelamatkan Diri dari Awan Panas Merapi lewat Simulasi

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta mengikuti simulasi bencana letusan Merapi dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional di Alun-Alun Kidul Boyolali, Selasa (26/4/2017). (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)

Warga mengikuti simulasi penanganan bencana letusan Merapi.

Solopos.com, BOYOLALI — Dalam beberapa hari terakhir, Boyolali Kota tak terguyur hujan. Cuaca panas membuat hamparan tanah menjadi kering.

Advertisement

Tak terkecuali di Alun-Alun Kidul Boyolali. Tanah di permukaan berubah menjadi butiran debu yang mudah terbang terbawa angin. Apalagi ketika entakan sepatu dan derap langkah 1.400-an orang di alun-alun itu beradu dengan tanah, membuat udara alun-alun sangat berdebu.

Tetapi bagi para peserta simulasi penanggulangan bencana letusan Merapi, Rabu (26/4) itu, debu tak menghalangi mereka. Masing-masing peserta memainkan peranan masing-masing meski debu menyelimuti langkah mereka.

Advertisement

Tetapi bagi para peserta simulasi penanggulangan bencana letusan Merapi, Rabu (26/4) itu, debu tak menghalangi mereka. Masing-masing peserta memainkan peranan masing-masing meski debu menyelimuti langkah mereka.

Seperti siswa sekolah yang berperan sebagai korban letusan Merapi, mereka tak ragu berguling, telentang, atau menelungkup memeluk tanah. Mereka tidak terlihat canggung menunggu pemeran pemberi bantuan datang menyelamatkan mereka.

Kendaraan penyelamat yang mulai berdatangan membuat debu semakin tebal. Sementara peserta simulasi terlihat tetap melakukan peran masing-masing. Hingga beberapa saat kemudian dua unit kendaraan pemadam kebakaran (damkar) menyemprotkan air.

Advertisement

Mereka memainkan peran dan tidak memedulikan “rintangan” yang mereka hadapi. Yang penting mereka harus melakukan penyelamatan mandiri sehingga jika terjadi bencana sesungguhnya mereka sudah terlatih.

Skenario simulasi dimulai ketika pukul 01.00 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja mengirimkan faksimili kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Klaten, Magelang, dan DIY bahwa status Merapi meningkat drastis menjadi Awas Merapi sehingga pemerintah daerah masing-masing direkomendasikan untuk mengavakuasi seluruh warga dalam radius 15 km dari puncak Merapi.

Warga yang sebelumnya sudah dibekali pengetahuan evakuasi mandiri itu segera keluar rumah menuju titik kumpul. Dalam prosesnya, simulasi menggambarkan banyak warga yang terluka, bahkan ada yang hilang.

Advertisement

Penyusun skenario simulasi, Agung Nugroho, yang juga Sekretaris Sekretaris Forum Pengurangan Risiko Bencana Boyolali, mengatakan dalam simulasi itu awan panas diperkirakan menuju barat laut sehingga mengarah ke Desa Klakah, Jrakah, Tlogolele, Lencoh, dan Samiran.

“Yang terlibat dalam simulasi di antaranya warga asli lereng Merapi di desa-desa itu,” kata dia seusai acara.

Sementara wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat mengatakan simulasi bertujuan menyiapkan warga dan semua elemen tarkait dalam penanggulangan bencana. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bambang Sinungharjo menambahkan simulasi dilakukan agar warga bisa mandiri dalam menghadapi bencana sehingga mereka tidak selalu harus menunggu bantuan penyelamatan datang.

Advertisement

“Diharapkan, jika ada bencana letusan Merapi mereka sudah siap melakukan penyelamatan mandiri,” ujarnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif