News
Senin, 24 April 2017 - 15:30 WIB

PEMILU PRANCIS : Calon Populis Marine Le Pen Diprediksi Kalah, Menlu Jerman Senang

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Emmanuel Macron, kandidat Pilpres Prancis 2017, melambaikan tangan ke pendukungnya di Paris, Minggu (23/4/2017), setelah unggul di putaran pertama. (JIBI/Solopos/Reuters/Philippe Wojazer)

Calon populis Marine Le Pen diprediksi kalah di putaran pertama Pemilu Prancis.

Solopos.com, JAKARTA — Prancis pada Minggu (23/2017) menggelar pemilihan presiden putaran pertama yang dianggap krusial bagi masa depan Eropa. Dalam hasil pemilihan itu, kandidat berhaluan moderat, Emmanuel Macron, mengungguli pemimpin sayap kanan-jauh, Marine Le Pen.

Advertisement

Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel pada Minggu (23/4/2017) memuji proyeksi hasil pemilihan presiden putaran pertama Prancis itu. “Saya yakin dia akan menyapu sayap kanan jauh, populisme sayap kanan dan anti-Eropa di putaran kedua,” kata Gabriel dalam sebuah video yang diunggah di Twitter saat melakukan kunjungan ke Amman, Yordania.

Dia menyatakan akan menantikan hasil pemilihan presiden Prancis fase berikutnya pada 7 Mei 2017 mendatang. Politikus Demokratik Sosial Jerman itu menulis di Twitter bahwa Macron adalah calon yang pro-Eropa. “Saya senang bahwa @EmmanuelMacron memimpin. Dia adalah satu-satunya kandidat yang benar-benar pro-Eropa.”

Partai Gabriel resmi mendukung kandidat Partai Sosialis Prancis, Benoit Hamon–yang diproyeksikan meraih enam persen suara. Namun para pejabat partai tersebut mengindikasikan bahwa mereka lebih dekat secara politis dengan Macron.

Advertisement

Kanselir Jerman Angela Merkel belum menyampaikan komentar tentang hasil pemilihan tersebut. Januari lalu, juru bicara Merkel mengindikasikan dirinya tidak mendukung Le Pen. “Tidak ada kesamaan antara kebijakan yang dipertahankan Partai Front Nasional Le Pen dengan kanselir itu,” kata jubir Merkel yang dikutip Antara dari AFP.

Di bawah pengamanan ketat, hampir 47 juta pemilih Prancis akan memutuskan apakah akan mendukung calon pro-Uni Eropa, calon konservatif terlibat skandal yang ingin memangkas belanja publik, calon euroskeptis kiri-jauh pengagum Fidel Castro, atau memilih Le Pen sebagai presiden perempuan pertama Prancis untuk menutup perbatasan dan menyingkirkan euro.

Hasil Pilpres Prancis dimonitor di seluruh dunia setelah populisme melanda Barat. Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Advertisement

Emmanuel Macron, bekas bankir berpandangan politik moderat dan baru membentuk partainya setahun lalu, menjadi favorit pemenang putaran pertama dalam jajak pendapat. Dia diprediksi unggul atas pemimpin partai kanan-jauh National Front, Marine Le Pen, dalam persaingan dua kandidat pada 7 Mei.

“Tidak akan menjadi pertarungan klasik kiri vs kanan tapi pertarungan dua pandangan dunia,” kata penyelenggara jajak pendapat Ifop Jerome Fourquet. “Macron tampil mewakili progresif versus konservatif, Le Pen sebagai wakil patriot versus globalis.”

Namun Francois Fillon yang konservatif kembali setelah berbulan-bulan diterpa skandal pekerjaan palsu dan anggota sayap kiri Jean-Luc Melenchon ratingnya meningkat dalam beberapa pekan. Dua dari keempat orang itu terlihat berpeluang lolos di putaran pertama.

Tujuh kandidat yang lain, termasuk Benoit Hamon dari partai Sosialis yang sedang berkuasa, dua Trotskyis, tiga nasionalis pinggir dan seorang anggota parlemen yang berbalik menjadi moderat jauh tertinggal di belakang dalam jajak pendapat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif