Jogja
Senin, 24 April 2017 - 15:20 WIB

Di Kafe "Rembug Kopi", Menyeduh Kopi Layaknya Meracik Obat untuk Pasien

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peracik kopi di Rembug Kopi sedang menyeduh kopi dengan V60 yang memakai kertas filter, Kamis (19/4/2017). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Kafe Rembug Kopi berlokasi di Jalan Veteran, Umbulharjo, Kota Jogja menyediakan kopi dengan cara unik

Harianjogja.com, JOGJA– Kafe alias warung kopi bertebaran di Kota Jogja. Salahsatunya di Rembug Kopi berlokasi di Jalan Veteran, Umbulharjo, Kota Jogja. Bagaimana kopi disajikan di warung ini?

Advertisement

Persaingan warung kopi semakin di Kota Jogja semakin ketat. Tempat nongkrong memberikan banyak fasilitas untuk mengundang pembeli. Cara lain, dengan menampilkan nuansa beda di warung kopi agar mampu menarik pelanggan, seperti yang dilakukan Rembug Kopi.

Tampak dari luar, warung ini terlihat sempit, teras depan bangunan rumah memiliki lebar sekitar empat meter saja. Namun di ruang pertama, menampilkan fasilitas semi premium, salahsatu meja bartender yang disusun dari kayu bekas. Menyediakan fasilitas air conditioner (AC) di depan dan non AC di paling belakang bangunan.

Advertisement

Tampak dari luar, warung ini terlihat sempit, teras depan bangunan rumah memiliki lebar sekitar empat meter saja. Namun di ruang pertama, menampilkan fasilitas semi premium, salahsatu meja bartender yang disusun dari kayu bekas. Menyediakan fasilitas air conditioner (AC) di depan dan non AC di paling belakang bangunan.

Di belakang meja, ahli kopi di warung ini tampak sibuk, salahsatunya Dema, peracik kopi yang sedang sibuk dengan seperangkat mesin espresso untuk melayani pembeli. Bukan sekedar menciduk bubuk kopi dengan sendok lalu diseduh sesuka hati. Pembuatan kopi di warung ini layaknya meracik obat untuk pasien.

Lebih dahulu ia mengambil biji kopi sesuai pesanan dan menimbangnya di sebuah timbangan elektrik mini. Alat tera digital menunjukkan 12 gram, menjadi ukuran yang pas untuk segelas kopi. Barulah, memainkan grinder atau penggiling kopi untuk merubah fisik kopi menjadi kopi. Barulah kemudian diseduh dengan peralatan lain.

Advertisement

Selain vietnam drip, Rembug Kopi menggunakan V60 dengan melibatkan kertas sebagai filter ampas kopi. Cara menyeduh kopi ini dikenal dengan metode pour over yang pertama kali ditemukan oleh seorang ibu rumah tangga bernama Amalie Auguste Melitta Bentz asal Jerman di tahun 1908.

Lebih dahulu kertas filter dibasahi dengan air panas agar steril kemudian diletakkan di atas V60 yang sudah menyerupai corong. Barulah bubuk kopi dituangkan di atas kertas. Dema pun menyambar ketel berisi air panas dengan suhu di atas 90 derajat.

Lalu dituangkan ke dalam V60 dengan konsentrasi air harus mengenai bubuk kopi. Secara perlahan kemudian berhenti 30 detik baru dilanjutkan lagi. Begitu seterusnya sampai ukuran 100 militer.

Advertisement

Menggunakan Vietnam drip, penikmat kopi harus rela menunggu lama. Piranti ini sederhana terdiri atas saringan atas, saringan bawah dan tutup. Lebih dahulu ia memasukkan bubuk kopi ke cangkir saringan kemudian diletakkan di atas saringan.

Saringan diletakkan di atas kopi sembari dituangi air panas. Kopi akan menetes secara perlahan ke dalam gelas dan siap disajikan kepada pembeli. “Bisa langsung disajikan, penikmat bisa ngobrol sembari menunggu tetesan kopi,” ujar Azzam Qozi yang juga pengelola Rembug Kopi.

Interior warung pun didesain dengan barang bekas. Seluruh mebeler memakai kayu jati Belanda yang diambil dari bekas pembungkus benda imporan. Kaki kuris menggunakan sepeda bekas yang sudah rusak.

Advertisement

Begitu juga dengan sofa berbahan puluhan celana dan rok jeans bekas. Warung ini diberi nama Rembug Kopi karena, memberikan waktu nongkrong sepuasnya kepada penikmat kopi untuk ngobrol menyelesaikan masalah.

Advertisement
Kata Kunci : Kafe Di Jogja
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif