Soloraya
Rabu, 5 April 2017 - 21:40 WIB

BENCANA WONOGIRI : Tanah Bergerak Mirip di Ponorogo, Warga Biting Dilarang Pergi ke Ladang Dekat Bukit

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petugas BPBD Ponorogo meninjau lokasi tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Sabtu (1/4/2017). (Istimewa/BPBD Ponorogo)

Bencana Wonogiri, tanah bergerak yang terjadi di Biting mirip kejadian longsor di Ponorogo.

Solopos.com, WONOGIRI — Lahan perbukitan di Biting, Tegalrejo, Purwantoro, Wonogiri, sangat berpotensi longsor karena sudah menunjukkan gejala-gejala bergerak. Warga sekitar dilarang beraktivitas di ladang di dekat bukit tersebut untuk menghindari bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Advertisement

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, kepada Solopos.com, Rabu (5/4/2017), menyampaikan kondisi tanah bergerak di Biting dari waktu ke waktu semakin parah. Pemantauan terbaru belum lama ini, rekahan terparah lebarnya mencapai 1 meter dan berada di ratusan lokasi.

Jika ditarik garis lurus panjangnya mencapai lebih dari 400 meter. Menurut dia, kondisi tersebut sangat persis dengan kondisi tanah bergerak di Ponorogo, Jawa Timur, yang akhirnya longsor dan menewaskan puluhan orang. (Baca juga: Begini Kronologi Longsor Ponorogo, 21 Rumah Tertimbun)

BPBD meminta pemangku lingkungan, kelurahan, dan kecamatan setempat ikut mengantisipasi terjadinya longsor. Langkah awal yang dapat ditempuh yakni mendorong sembilan keluarga yang bermukim di kawasan rawan longsor pindah ke lokasi lebih aman. Saat ini sudah ada dua keluarga yang menempati dua rumah pindah secara mandiri.

Advertisement

“Di bawah lokasi tanah bergerak merupakan ladang. Warga masih sering berada di tempat itu. Ini sangat berbahaya. Seperti di Ponorogo itu kan para korban pas berada di ladang. Oleh karena itu kami meminta warga jangan berada di kawasan tersebut. Pemerintah kelurahan dan kecamatan saya minta juga terus mengimbau,” kata Bambang.

Selain di Biting, Tegalrejo, wilayah berpotensi longsor lainnya di Purwantoro berada di Dusun Bendo, Desa Bakalan; Dusun Jatisari, Desa Biting, dan Dusun Duren dan Dusun Galih, Desa Sumber. Beberapa lokasi sudah dipasangi early warning system (EWS).

Warga diminta sebisa mungkin menutup rekahan. Tetapi apabila tidak memungkinkan lebih baik warga di kawasan rawan pindah ke lokasi aman.

Advertisement

“Memang meminta warga pindah tak mudah, tapi upaya ini perlu terus dilakukan. Jangan sampai kejadian di Ponorogo terjadi di Wonogiri. Tanah longsor tidak dapat diprediksi, belum tentu longsor terjadi saat hujan atau satu dua jam sesudah hujan. Di Ponorogo itu malamnya hujan pagi baru kejadian,” imbuh dia.

Di samping lima dusun di Purwantoro itu, terdapat dusun di delapan kecamatan lain tercatat rawan bencana tanah longsor, meliputi Ketangi, Sempukerep, Sidoharjo; Tunggur, Desa Tunggur, Slogohimo; Selopukang, Sendang, Wonogiri; Pelem, Ronggojati, Batuwarno; Jatiroto; Tirtomoyo; Manyaran; dan Karangtengah.

Camat Karangtengah, Sunarto, mengatakan wilayahnya rawan longsor karena di kepung perbukitan. Sebanyak 90 persen wilayah di Karangtengah merupakan lereng bukit dengan kemiringan 20 derajat hingga 60 derajat.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif