Lifestyle
Rabu, 22 Maret 2017 - 09:00 WIB

WISATA INDONESIA : Nanas Kota Rusa Penuh Rasa, Kisah Mobil Nyungsep

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemandian Biras dimanfaatkan untuk berenang. (Rini Yustiningsih/JIBI/Solopos)

Wisata Indonesia, di ujung timur yakni Merauke bisa menjadi destinasi wisata Anda.

Solopos.com, MERAUKE — Delapan pria, beberapa di antara mereka bertelanjang dada dan menenteng senapan laras panjang, Kamis (2/2) siang, turun dari mobil bak terbuka. Di antaranya ada yang menggendong bocah balita. Tepat di depan mobil rental yang ditumpangi Solopos.com, mobil Toyota Hilux itu berhenti.

Advertisement

Tugu kembar perbatasan RI-PNG. tugu yang sama ada di Sabang, Aceh. (Rini Y/JIBI/Solopos)

Hari itu, Solopos.com bersama tiga jurnalis media lain dari tim Media Freedom Community (MFC) Indonesia mengunjungi Distrik (Kecamatan) Sota. Sota merupakan wilayah terujung  Merauke yang berbatasan dengan Papua Nugini (PNG).

Advertisement

Hari itu, Solopos.com bersama tiga jurnalis media lain dari tim Media Freedom Community (MFC) Indonesia mengunjungi Distrik (Kecamatan) Sota. Sota merupakan wilayah terujung  Merauke yang berbatasan dengan Papua Nugini (PNG).

Jaraknya sekitar 80 km dari Kota Merauke atau sekitar 2 jam perjalanan menggunakan mobil. Jalanan ke Sota sejak 2015 sudah beraspal, meski ada beberapa lubang menganga. Kanan-kiri perjalanan hanya ditemui hutan, rawa dan rumah-rumah panggung berdinding kayu.

Satu jam perjalanan ditempuh, MFC mendapati sebuah Avanza nyungsep ke rawa. Kondisi Avanza ambrol di bagian depan. Sementara bodi belakang sebagian terbenam di rawa. Sontak, saat itu juga Innova, berhenti. Frans Kobu, jurnalis dari Jubi Merauke dan Nay, sopir Innova turun.

Advertisement

Setelah terlibat pembicaraan singkat, mereka mengambil ponsel memotret mobil. Selang tak berapa lama, mobil bak terbuka Hilux yang mengangkut delapan pria berhenti di depan Innova. Mereka pun mengambi langkah serupa, turun dari mobil, berpose di depan mobil nyungsep.

“Itu [Avanza nyungsep] dari rental besar. Infonya, itu tadi malam sopir bawa orang, terus dia ngantuk. Penumpang dan sopir selamat, tapi mobilnya kiamat,” ujar Nay yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) bercerita.

Gapura perbatasan RI-PNG di Sota, Merauke. (Rini Y/JIBI/Solopos)

Advertisement

Jalanan menuju Sota berliuk-liuk. Tak ada penerangan jalan di sepanjang jalan. Wajar jika malam hari satu-satunya penerang jalan hanya sorot lampu mobil. Frans berkisah rombongan pria Hilux itu merupakan warga penduduk asli Merauke yang akan berburu di kawasan Sota. Di hutan-hutan wilayah Sota masih mudah ditemui rusa hingga kanguru. Perjalanan pun berlanjut.

Tepat pukul 12.00 WIT, tim MFC bertemu Kapolsek Sota, Iptu Ma’ruf Suroto, yang juga melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar lewat pertanian. Sarang semut masamus setinggi 7 meter, camping ground dengan aneka bunga dan “kebun binatang” mini menjadi peneduh di tengah teriknya Sota siang itu. Permukiman PNG terdekat jaraknya sekitar 15 km dari gapura perbatasan RI-PNG. Kondisi jalan menuju PNG hanya berupa jalan setapak dengan semak belukar dan pepohonan besar.

Yang menarik, kebun nanas seluas sekitar 1 ha dengan buah berukuran jumbo antara 3 kg-6 kg. Nanas sota terkenal manis dan segar karena kandungan airnya banyak.

Advertisement

“Saya sudah ke wilayah Asia dan mencoba buah nanasnya. Tapi yang paling enak ya nanas Sota. Kalau ke sana, pulangnya satu mobil bak terbuka saya penuhi nanas Sota,” ujar Hengky Ndike, anggota DPRD Merauke dari Fraksi PAN, saat ngobrol sehari sebelum tim MFC ke Sota.

Ma’ruf menyebutkan bibit nanas Sota berasal dari PNG. Nanas itu hanya bisa tumbuh di wilayah Merauke. “Kalau ditanam di Sota lebih bagus lagi kualitasnya karena tanahnya cocok.”

Nanas Sota ditanam di kebun nanas Iptu Ma’ruf Suroto (Rini Y/JIBI/Solopos)

 

Selepas menikmati nanas dan mendengar cerita inspiratif dari Kapolsek yang ramah senyum itu, sekitar pukul 15.00 WIT, tim MFC kembali ke Merauke. Di tengah perjalananan, kami mampir di pemandian Biras. Tiga rumah apung di tengah rawa jernih dan sebaran teratai menyejukkan mata. Di beberapa selasar bangunan “dihiasi’ coretan-coretan tangan salah satunya tulisan “Papua Merdeka”.

Beberapa warga asli Merauke, sore itu memanfaatkan Biras untuk berenang dan bermain air. Tak lupa, perjalanan pulang ke Merauke disempatkan membeli oleh-oleh berupa noken—tas rajutan dari kain warna-warni khas Papua yang diletakkan di kepala.

Noken itu dijual oleh mama-mama—sebutan untuk ibu-ibu di Papua, yang membuka lapak di jalan menuju Merauke. Harga yang ditawarkan mulai Rp50.000 untuk ukuran 15 cm x15 cm dan sekitar Rp250.000 untuk ukuran 40 cm x 40 cm.

“Kalau yang murah beli yang ini saja kecil,” ujar salah seorang mama yang menunjukkan kepada Solopos.com, noken warna merah dan cokelat bertulis West Papua dan gambar bintang kejora.

#gallery-1 { margin: auto; } #gallery-1 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 50%; } #gallery-1 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-1 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */

Advertisement
Kata Kunci : Merauke Wisata Indonesia Wisata Papua
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif