Soloraya
Senin, 13 Maret 2017 - 18:15 WIB

MAHASISWA UII MENINGGAL : Rekonstruksi Perjelas Kekerasan Fisik yang Dialami Peserta Diksar Setiap Hari

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota Satreskrim Polres Karanganyar memeragakan tindak kekerasan saat Diksar Mapala Unisi di Tlogodlingo, Tawangmangu, Karanganyar, dalam reka ulang, Senin (13/3/2017). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Mahasiswa UII meninggal, polisi menggelar rekonstruksi Diksar Mapala Unisi di Tawangmangu.

Solopos.com, KARANGANYAR — Peserta Diksar TGC XXXVII Mapala Unisi mengalami kekerasan fisik setiap hari selama diksar di Tlogodlingo, Gondosuli, Tawangmangu, Januari lalu.

Advertisement

Kekerasan yang dialami peserta itu meliputi tamparan pada pipi dan dahi, tinju pada ulu hati dan dada, tendangan pada perut dan kaki, sabetan pada kaki, bahkan pembantingan atau smackdown. Hal itu terungkap saat 34 peserta diksar melakoni rekonstruksi kasus dugaan penganiayaan di Lapangan Tlogodlingo pada Senin (13/3/2017).

Tetapi, rekonstruksi tidak melibatkan dua tersangka, yaitu Angga Septiawan dan M. Wahyudi. Tim penyidik Satuan Reskrim Polres Karanganyar memiliki pertimbangan tertentu tidak menghadirkan kedua tersangka.

Peran dua tersangka dan tiga peserta diksar yang meninggal dunia, Muhammad Fadhli, Syaits Asyam, dan Ilham Nur Fadmy Listia Adi, digantikan anggota Polres Karanganyar. Wakapolres Karanganyar, Kompol Prawoko, mewakili Kapolres Karanganyar, AKBP Ade Safri Simanjuntak, menyampaikan tim penyidik memiliki pertimbangan tidak menghadirkan dua tersangka.

Advertisement

“Tersangka enggak diikutkan. Ada beberapa alasan untuk itu. Bukan karena penolakan dari tersangka. Ada peran pengganti. Korban juga. Enggak berpengaruh apakah tersangka ikut atau tidak saat rekonstruksi,” kata Prawoko saat ditemui wartawan di sela-sela rekonstruksi.

Menurut Prawoko, proses rekonstruksi sempat terhambat karena hujan. Saat itu, mereka sedang melakoni adegan ke-30. Tim penyidik Satuan Reskrim Polres Karanganyar dan Inafis Polres Karanganyar sempat melanjutkan beberapa adegan sebelum akhirnya menghentikan sementara rekonstruksi.

“Kami mencari kesimpulan apakah tindakan dugaan penganiayaan itu dilakukan sistemik atau tidak. Rekonstruksi dihentikan sementara karena hujan. Diupayakan satu hari selesai. Total 55 adegan yang harus dilakukan,” ujar dia.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, rekonstruksi hanya dilakukan di satu lokasi dari rencana empat lokasi. Tim penyidik hanya melaksanakan rekonstruksi di Lapangan Tlogodlingo atau tempat persiapan pertama.

Rekonstruksi yang seharusnya dilakukan di tanah lapang berjarak 400 meter dari lapangan itu urung dilakukan. Pertimbangannya jarak, situasi, dan kondisi.

“Kami tetap akan menyasar rekonstruksi di lokasi repling. Akan kami lakukan dengan catatan cuaca mendukung. Rekonstruksi tiga lokasi berada di satu lokasi dengan pertimbangan teknis, jarak, dan kemiripan lokasi,” ungkap dia.

Saat rekonstruksi itu, terungkap secuil kegiatan diksar yang diikuti peserta maupun dugaan penganiayaan yang dialami tiga korban meninggal dan peserta lainnya. Peserta mulai mengalami kekerasan fisik saat mereka melakoni adegan ketiga pada hari pertama diksar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif