Soloraya
Minggu, 12 Maret 2017 - 12:41 WIB

PROYEK PANAS BUMI KARANGANYAR : Dukung Aksi Penolakan, Bupati Yuli Ikut Berorasi

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Karanganyar, Juliyatmono (tengah, memegang mik) berorasi di hadapan massa aksi damai menolak PLTP Gunung Lawu, Sabtu (11/3/2017) siang, di halaman Gedung DPRD Karanganyar. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Proyek panas bumi Karanganyar, Bupati Yuli akhirnya menunjukkan sikap penolakan terhadap proyek PLTP.

Solopos.com, KARANGANYAR — Bupati Karanganyar, Juliyatmono, mengakhiri sikap diamnya terkait polemik proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Gunung Lawu, Sabtu (11/3/2017) siang.

Advertisement

Setelah sempat lantang menolak proyek bernilai Rp10 triliun pada 2015 silam, orang nomor satu di Bumi Intanpari itu memilih bersikap diam ketika ditanya ihwal proyek eksploitasi geotermal Gunung Lawu untuk PLTP belakangan ini.

Yuli, panggilan akrabnya, datang saat aksi damai menolak eksplorasi geothermal Gunung Lawu di halaman Gedung DPRD Karanganyar. Secara lantang dia berorasi menyatakan sikapnya menolak eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di Gunung Lawu.

Advertisement

Yuli, panggilan akrabnya, datang saat aksi damai menolak eksplorasi geothermal Gunung Lawu di halaman Gedung DPRD Karanganyar. Secara lantang dia berorasi menyatakan sikapnya menolak eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di Gunung Lawu.

Pernyataan Yuli disambut tepuk tangan peserta aksi. Menurut dia, gunung-gunung diciptakan Tuhan punya fungsi untuk menjaga keseimbangan alam. Menjadi tugas manusia untuk berharmonisasi dengan alam, Tuhan, dan semua makhluknya.

Bila terjadi ketimpangan harmonisasi dari ketiga aspek itu, menurut dia, akan terjadi ketidakseimbangan. Cara berharmonisasi dengan alam yakni dengan menanam pohon di alam terbuka.

Advertisement

Dia menjelaskan Gunung Lawu berfungsi menjaga keseimbangan alam Pulau Jawa dan sebagai gentong air Soloraya. Keanekaragaman hayati Gunung Lawu paling lengkap dibanding gunung lain.

“Maka semua orang senang berkontemplasi, senang berada di Gunung Lawu. Aura spiritualitasnya luar biasa dan bisa membangkitkan semangat orang untuk maju lebih baik lagi,” ujar dia.

Yuli mempersilakan para aktivits Forum Rakyat Peduli Gunung Lawu terus menggalang aspirasi masyarakat Gunung Lawu dan menyalurkannya kepada pihak-pihak berwenang. “Saya pun pencinta alam. Saya beberapa kali naik turun gunung sejak masih mahasiswa. Setelah menjadi Bupati saya buat program ijo royo-royo, gerakan menanam pohon,” kata dia.

Advertisement

Yuli memprediksi 2018-2019 akan terjadi kemarau panjang yang cukup dahsyat. Saat itu terjadi, Gunung Lawu menjadi penyelamat masyarakat Karanganyar dan sekitarnya. “Maka dari itu kita harus mulai menanam sejak sekarang. Saya larang betul pemotongan pohon, kecuali sekadar merapikan. Air bisa jadi malapetaka saat kemarau panjang,” tutur dia.

Menurut Yuli, banner dan spanduk berisi tanda tangan warga menolak eksploitasi panas bumi Gunung Lawu bisa dikirimkan ke Kementerian ESDM dan PT Pertamina Geothermal Energy. “Masyarakat Karanganyar jiwanya sudah menyatu dengan Lawu, jangan sampai terusik kenyamanannya karena niat mengambil geothermal. Masih banyak gunung lain, aja [jangan] Gunung Lawu,” tegas dia.

Ketua Forum Rakyat Peduli Gunung Lawu, Aan Shopuanudin, saat diwawancarai wartawan di sela-sela aksi mengatakan aksi damai hari itu diikuti berbagai eleman masyarakat dan organisasi pemuda. Mereka tidak hanya dari Karanganyar, tapi dari berbagai wilayah di sekitar Gunung Lawu, seperti Magetan, Ngawi, dan Wonogiri. Poin utama aksi menolak eksploitasi geothermal Gunung Lawu.

Advertisement

“Dengan berbagai timbangan. Kemungkinan kegagalan proyek PLTP Gunung Lawu lebih dari 50 persen. Pengalaman di Indonesia selama ini, PLTP di Jateng tidak ada yang selesai,” tutur dia.

Kegagalan-kegagalan tersebut meninggalkan permasalahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dia mencontohkan persoalan yang muncul di Dieng, Baturaden, dan NTT.

“Aspek negatif yang bisa ditimbulkan dari proyek PLTP seperti sosio-kulturnya, budaya, juga kelestarian alam. Selain itu kekhawatiran kami akan gangguan ketersediaan air,” sambung dia.

Menurut Aan, eksplorasi di Gunung Lawu sudah dilakukan sejak 2008. Tahapan eksplorasi lanjutan pun terus berjalan pada 2017. Ada dua lokasi yang akan dieksplorasi tahun ini.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif