Soloraya
Rabu, 8 Maret 2017 - 09:10 WIB

PENIPUAN KLATEN : Warga Sengon Merasa Tertipu Sosialisasi Briket Batu Bara

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Klaten mengecek tungku serta benda yang disebut briket batu bara di salah satu rumah warga Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Selasa (7/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Penipuan Klaten, warga Sengon, Prambanan, merasa jadi korban penipuan berkedok sosialisasi briket batu bara.

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Klaten, merasa tertipu terkait sosialisasi penggunaan briket batu bara. Hal itu karena batu bara yang diberikan dalam sosialisasi itu tak bisa dimanfaatkan.

Advertisement

Ketua RW 007, Desa Sengon, Sukarjo, mengatakan awalnya ketua RW setempat mendapat instruksi dari pemerintah desa guna menyampaikan sosialisasi tata cara penggunaan briket batu bara kepada warga. “Dari [pemerintah] desa melalui kadus [kepala dusun] memerintahkan ke RW supaya woro-woro ke masyarakat. Karena berasal dari desa, saya teruskan dan sampaikan ada sosialisasi penggunaan briket batu bara. Kemudian warga kami kumpulkan,” ungkap dia saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (7/3/2017).

Sukarjo menuturkan sosialisasi dilakukan oleh dua orang. Ia tak mengetahui nama serta asal muasal perusahaan kedua orang itu. Sosialisasi dilakukan di wilayahnya pada Sabtu (25/2/2017) lalu.

Advertisement

Sukarjo menuturkan sosialisasi dilakukan oleh dua orang. Ia tak mengetahui nama serta asal muasal perusahaan kedua orang itu. Sosialisasi dilakukan di wilayahnya pada Sabtu (25/2/2017) lalu.

“Dalam sosialisasi itu, mereka menjelaskan elpiji dua bulan lagi mahal. Makanya diarahkan pakai kompor tungku dengan bahan bakar batu bara yang lebih irit,” urai dia.

Sukarjo menjelaskan dalam sosialisasi itu kedua orang tersebut tak hanya mempraktikkan tata cara penggunaan briket batu bara. Mereka juga menawarkan tungku kepada warga. Lantaran khawatir elpiji mahal serta sulit didapat, warga berbondong-bondong membeli tungku yang ditawarkan. Hanya, warga tak membeli batu bara.

Advertisement

Ada warga yang berniat mencoba langsung briket batu bara yang dikirim. Namun, kedua orang itu melarang dengan alasan briket batu bara baru bisa dimanfaatkan setelah dikeringkan.

Selang beberapa hari, warga mulai mencoba penggunaan benda yang disebut briket tersebut. Namun, api tak menyala dari benda tersebut. Sementara tungku yang disebut untuk meletakkan briket saat memasak berbahan gerabah.

“Ternyata tidak menyala setelah berulang kali dicoba. Tungku yang dijual juga katanya terlalu mahal dan itu mudah didapat di wilayah Bayat. Warga kemudian protes ke saya karena saya sebagai ketua RW,” urai dia.

Advertisement

Sukarjo menjelaskan saat sosialisasi sempat dipraktikkan penggunaan briket tersebut dan api mudah menyala. Hanya, penampakan briket batu bara yang dikirim kepada warga berbeda dengan briket yang digunakan saat uji coba.

“Kami sudah sampaikan kepada kadus karena instruksi sosialisasi itu berasal dari kadus. Kami juga sudah mencoba menghubungi nomor telepon orang yang memberikn sosialisasi itu. Namun, nomornya susah dihubungi. Dari undangan yang mereka edarkan juga tidak ada kejelasan siapa penanggung jawabnya serta dari perusahaan mana,” ungkapnya.

Kadus III Desa Sengon, Haryanto, menjelaskan sebelumnya ada dua orang yang datang ke kantor pemerintah desa untuk meminta izin sosialisasi penggunaan briket batu bara. Ia juga tak mengetahui secara pasti asal muasal kedua orang itu.

Advertisement

“Katanya mau sosialisasi ke warga. Ternyata dalam sosialisasi itu menawarkan barang,” ungkapnya.

Haryanto menjelaskan ada sekitar lima RW di desa itu yang menjadi sasaran sosialisasi kedua orang itu. Ada sekitar 99 warga yang membeli tungku yang ditawarkan kedua orang tersebut.

“RW 005 itu ada 25 orang, RW 006 ada 16 orang, RW 011 ada 21 orang, RW 007 ada 30 orang, dan RW 008 ada tujuh orang,” katanya.

Kasi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Klaten, M. Ali, mengatakan dari hasil pengecekan sementara, bahan bakar yang diberikan ke warga diduga bukan briket batu bara. Ali menjelaskan batu bara merupakan bahan yang tidak sembarang orang membikin atau mengedarkan.

Lantaran hal itu, ia berharap ke depan warga lebih waspada dengan berbagai bentuk sosialisasi bertujuan promosi barang tertentu. “Kalau memang mau promosi ya harus dipastikan legalitas formalnya seperti apa. Pengecekan ini kami lakukan karena ada aduan yang masuk. Hasil pengecekan ini nanti kami laporkan ke pimpinan,” katanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif