Jogja
Rabu, 8 Maret 2017 - 19:55 WIB

MITIGASI BENCANA : Kawasan Rawan Bencana Butuh Sekolah Siaga Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas berupaya mengevakuasi siswa SD Negeri Trisik di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kulonprogo dalam simulasi penanganan bencana gempa dan tsunami, Rabu (8/3/2017). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Mitigasi bencana melibatkan semua kalangan termasuk pelajar

Harianjogja.com, KULONPROGO-Keberadaan Sekolah Siaga Bencana (SSB) sangat dibutuhkan di kawasan rawan bencana. Kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana ditanamkan kepada siswa melalui kurikulum pembelajaran yang komperehensif.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Penjabat Bupati Kulonprogo, Budi Antono pada peresmian SSB di SD Negeri Trisik, Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kulonprogo, Rabu (8/3/2017).

“SSB menggugah kesadaran seluruh unsur di bidang pendidikan untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana, baik itu sebelum, saat, maupun setelah bencana terjadi,” kata Budi.

Sebagian wilayah Kulonprogo diakui termasuk dalam kawasan rawan bencana. Budi lalu memaparkan, bencana yang paling diwaspadai Kulonprogo bagian selatan adalah tsunami, terutama di kawasan pesisir. Kondisi berbeda terjadi pada kawasan utara yang cenderung rawan longsor.

Advertisement

Dia berpendapat, kawasan rawan bencana perlu dilengkapi dengan SSB. Hal itu karena bencana bisa saja terjadi saat proses pembelajaran sehingga membutuhkan perhatian khusus.

Menurut Budi, para siswa dan guru di kawasan rawan bencana perlu mendapatkan pengetahuan yang memadai seputar kebencanaan. Mereka setidaknya harus memahami tanda-tanda dan dampak bahaya bencana di lingkungan sekolah.

“Pemetaan diperlukan untuk menghitung seberapa besar resiko yang dimiliki sekolah demi meminimalkan jatuhnya korban jiwa,” ujar Budi.

Advertisement

Budi menambahkan, materi mengenai mitigasi bencana akan lebih mudah dipahami apabila diaplikasikan dalam kegiatan simulasi. Kesiapsiagaan terhadap bakal terbentuk dengan mantap apabila simulasi tersebut dilaksanakan secara berkala.

Dengan demikian, mereka menjadi lebih siap saat menghadapi situasi tanggap darurat. “Gladi lapang dilakukan sesuai potensi bencana masing-masing wilayah. Kalau ini [SD Negeri Trisik], gempa dan tsunami,” ucap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif