Jogja
Rabu, 8 Maret 2017 - 11:55 WIB

KRATON JOGJA : Artikel kratonjogja.id Harus Valid, Editor Melibatkan Profesor dan Kanjeng

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi GKR Hemas, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X bersama istri Gusti Kangjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam menyaksikan Tari Bedoyo Tirto Hayuningrat dalam acara Tinggalan Dalem ke-27 yang sekaligus perayaan ulang tahun ke-70 HB X di Bangsal Kencana, Karaton Ngayogyakarta, Yogyaarta, Sabtu (07/05/2016) malam. Tari yang merupakan karya Sultan HB X yang ke-2 ini ditarikan oleh Putri putri Sultan bersama penari kraton.

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat meluncurkan situs kratonjogja.id, Selasa (7/3) malam

 
Harianjogja.com, JOGJA- Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat meluncurkan situs kratonjogja.id, Selasa (7/3/2017) malam. Selain melalui proses riset, semua artikel yang diunggah harus melalui editor ahli sekelas profesor.

Advertisement

Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu memastikan, semua materi yang di web tersebut harus valid. Apalagi akhir-akhir ini ada kebiasaan masyarakat yang asal share informasi tidak valid. Karena itulah, kratonjogja.id dinilai penting diluncurkan.

Untuk memastikan artikel yang valid, penulis harus mendapatkan narasumber dari tiga pihak, mulai dari internal Kraton, ahli dan dari luar. Metode itu dilakukan karena kadang ada beberapa perbedaan antara referensi dari luar dengan referensi internal Kraton dalam suatu bahasan materi berkaitan dengan Kraton.

Salahsatu bahasan tentang Patih Danuredjo yang terjadi perbedaan antara tulisan Peter Carey, sejarawan asal Inggris yang menguasai kisah Perang Jawa. “Akhirnya setelah kami riset, diketahui perbedaan itu terjadi karena beda cara ngitungnya saja [antara karya Peter Carey dengan buku Kraton],” ujar Hayu.

Advertisement

Kendala lain, untuk visual objek yang ditulis tidak semuanya dapat diambil gambar terbarunya. Karena ada beberapa benda Kraton yang ketika akan diambil gambar harus melalui proses upacara adat yang cukup panjang. Sehingga tim tidak memungkinkan mengambil gambar. Solusinya, kata Hayu, menggunakan gambar lama namun telah melalui verifikasi kevalidan gambar tersebut.

Ia menambahkan, untuk menghasilkan data yang benar-benar valid sebelum diunggah ke wed tersebut harus melalui banyak proses verifikasi. Bahkan editornya melibatkan sejumlah kanjeng dan juga profesor ahli.

Hayu menegaskan proses itu dilakukan pada semua artikel. Oleh karena itu tidak semua pertanyaan masyarakat bisa dengan segera dijawab atau ditindaklanjuti dengan artikel karena harus melalui riset.

Advertisement

“Harus valid, maka melalui proses verifikasi, setelah artikel jadi nanti diedit, isinya [editornya] ada kanjeng-kanjeng dan profesor [ahli],” kata Hayu dalam peluncuran website di Bangsal Srimanganti, Kompleks Kraton Jogja, Selasa (7/3/2017) malam.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan, adanya perubahan teknologi informasi secara besar-besaran harus diantisipasi Kraton. Maka dilakukan Penataan organisasi, salahsatunya keberadaan Tepas Tandha Yekti. Dengan kratonjogja.id, maka Kraton harus siap mempertahankan peradaban Kraton di tengah gelombang informasi yang besar.

Selain itu situs ini dimaksudkan untuk membuka akses bagi masyarakat untuk mendapatkan dan memperoleh informasi serta pelayanan. “Agar situs ini dapat menjadi media trans literasi manuskrip budaya kuno ke latin untuk ditransparasi ke indonesia beserta pemaknaannya,” ungkap Sultan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif