Soloraya
Rabu, 8 Maret 2017 - 14:15 WIB

ASAL USUL : Asale Desa Johunut Wonogiri dari Pohon Joho dan Unut

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Balai Desa Johunut yang terletak di Dusun Pakel, Desa Johunut, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri. (Istimewa)

Asal usul penamaan Desa Johunut dari pohon joho dan parasit/unut.

Solopos.com, WONOGIRI — Desa Johunut yang terletak di timur laut Kantor Kecamatan Paranggupito tak terlepas dari berbagai jenis pohon yang ada di sana. Salah satu tokoh masyarakat, Qohhar Dwi Hatmono, bercerita nama desa Johunut berasal dari pohon joho besar yang sekelilingnya ditumbuhi parasit. Warga setempat menyebut parasit tersebut unut.

Advertisement

Pohon tersebut terletak sekitar 2 km dari sebelah selatan Balai Desa Johunut saat ini. “Karena keunikannya tersebut, akhirnya para pendiri desa ini menyebutnya Desa Johunut yang berasal dari pohon joho dan parasit unut,” kata dia saat dihubungi, Jumat (3/3/2017).

Qohhar menambahkan dusun-dusun di Desa Johunut juga mengambil nama dari pepohonan di sekitar kawasan dusun. Sebagai contoh Dusun Sambi, Dusun Prengguk, Dusun Salam, Dusun Pule, Dusun Waru, Dusun Gebang, Dusun Mloko, dan Dusun Klampok.

“Hanya ada tiga dusun yang tidak pakai nama pohon yakni Dusun Gemulung, Dusun Nagan, dan Dusun Kenteng,” imbuhnya.

Advertisement

Pada dekade 80-an, Bupati saat itu menggalakkan program menumbangkan pohon yang tidak memiliki nilai ekonomis kemudian menggantinya dengan pohon yang memiliki nilai ekonomis. Pohon johar sebagai cikal bakal berdirinya desa tersebut turut ditebang. Akhirnya hilang sudah pohon ikonik dari desa tersebut.

“Rata-rata semua pohon yang jadi asal muasal nama dusun juga ditebang. Mayoritas lahan bekas pohon yang tidak memiliki nilai ekonomis itu ditanami pohon melinjo. Sehingga warga bisa membuat emping dan menjualnya. Namun kini pohon melinjo sudah jarang berbuah lagi,” tambah warga Dusun Sambi RT 001/RW 002, Desa Johunut, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri ini.

Folklor lain dari Desa Johunut adalah ihwal warganya yang patuh kepada Pemerintah Kadipaten Mangkunegaran. Qohhar berujar pada masa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A) Mangkunegara VII, Kadipaten Mangkunegara memiliki program pembuatan jalan dari Kecamatan Wonogiri sampai Kecamatan Paranggupito.

Advertisement

“Dari seluruh Kecamatan Paranggupto, warga Desa Johunut-lah yang paling patuh. Saking patuhnya, mereka mau saja bekerja tanpa dibayar dalam program itu. Karena tidak dibayar dan jatah makanan yang kurang, banyak warga yang meninggal dunia karena penyakit. Pagi sakit, sore harinya meninggal. Sesepuh dulu memanggilnya sakit ruwat,” pungkas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif