Soloraya
Senin, 27 Februari 2017 - 15:15 WIB

WISATA KLATEN : Talang River Suguhkan Pemandangan Puncak Merapi hingga Jalur Downhill

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung berfoto di objek wisata Talang River, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jumat (24/2/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Wisata Klaten yakni Talang River dibuka untuk umum.

Solopos.com, KLATEN — Objek wisata bernama Talang River dibangun warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten. Tempat wisata baru di Kabupaten Bersinar itu berada sekitar 4 km dari puncak Gunung Merapi,

Advertisement

Talang River berupa taman di tebing Sungai Talang. Guna menuju taman tersebut, para pengunjung bisa berjalan kaki sekitar 300 meter dari lokasi parkir. Pepohonan mendominasi pemandangan sepanjang perjalanan menuju taman.

Lokasi taman tepat berada di tepi tebing Sungai Talang, salah satu sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Taman dilengkapi gazebo serta jembatan berupa instalasi bambu menjadi spot selfie pada kawasan yang diterjang awan panas atau wedus gembel pada erupsi 2010.

Advertisement

Lokasi taman tepat berada di tepi tebing Sungai Talang, salah satu sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Taman dilengkapi gazebo serta jembatan berupa instalasi bambu menjadi spot selfie pada kawasan yang diterjang awan panas atau wedus gembel pada erupsi 2010.

Saat cuaca cerah, pengunjung disuguhkan pemandangan puncak gunung berapi paling aktif di Indonesia. Pengunjung pun bisa menyusuri Sungai Talang melintasi undak-undakan.

Perangkat Desa Balerante, Jainu, mengatakan pembangunan objek wisata sekitar tiga bulan terakhir bermula dari pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan badan usaha milik (BUM) desa yang salah satu unit usahanya terkait pengembangan wisata. Bermodal swadaya, warga menggarap wisata alam memanfaatkan lahan milik Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).

Advertisement

“Untuk memulainya kami murni swadaya, bantingan saja dari warga. Ada dana yang terkumpul Rp20 juta-Rp25 juta serta ada yang menyumbang bambu untuk membangun taman. Kami kerjakan dengan gotong royong,” urai dia saat ditemui di sela peresmian BUM Desa Maju Makmur, Jumat (24/2/2017).

Selain menawarkan objek wisata alam, kawasan itu juga menawarkan tantangan bagi para pecinta sepeda gunung yakni jalur downhill dengan start sekitar 2,5 km dari Talang River.

Soal tarif masuk, untuk sementara pengunjung cukup membayar biaya parkir sepeda motor Rp2.000 dan roda empat Rp5.000. Hal itu menyusul belum ada pembahasan dengan TNGM untuk menarik retribusi. Penetapan retribusi menunggu terbitnya peraturan desa (perdes).

Advertisement

“Karena lahan milik TNGM, nanti retribusi masuk ke sana. Kami hanya memanfaatkan jasa parkir, membuat lapak kuliner, batik, ojek, dan sebagainya,” katanya.

Jainu mengatakan pengembangan objek wisata itu terus dilakukan. Ia tak menampik masih ada kekurangan infrastruktur salah satunya terkait keberadaan toilet. “Untuk jangka panjang kami akan mengajukan dana ke pemkab untuk penataan akses masuk,” urai dia.

Salah satu anggota Komunitas 10AM, Hendra Widyatmoko, mengatakan jalur downhill yang ditata warga serta komunitas sepeda tersebut sepanjang 16 km.

Advertisement

Pengunjung berfoto di objek wisata Talang River, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jumat (24/2/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

“Track dari segi pandang kami hampir sama dengan kawasan lain di lereng Gunung Merapi. tetapi, di sini ada track enduro dimana membutuhkan daya tahan dari pesepeda. Selain itu, ada track yang menarik di bike park. Tanpa digowes, bisa meluncur sendiri,” katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Klaten, Sri Mulyani, berharap objek wisata baru itu mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Klaten hingga berimbas pada kesejahteraan warga.

“Namun, jangan lupa untuk tetap berhati-hati lantaran ini sudah masuk kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi. Jangan sampai terlena, ketika turun hujan lebih baik untuk sementara ditutup bagi pengunjung,” katanya.

Kepala Resort Kemalang Balai TNGM, Arif Sulfiantono, mengatakan pemanfaatan lahan TNGM sebagai tempat wisata diperbolehkan selama berada di zona pemanfaatan. Selain itu, bahan yang digunakan untuk pemanfaatan diharuskan semipermanen. Ia mewanti-wanti agar para wisatawan ikut menjaga kawasan TNGM terutama untuk ikut menjaga kebersihan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif