Jogja
Rabu, 22 Februari 2017 - 12:20 WIB

MITIGASI BENCANA : Siswa Diharapkan Terlibat Aktif Tangani Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa-siswi SMA 1 Muhammadiyah Prambanan memperagakan kesiapsiagaan ketika gempa bumi dalam Gladi Lapang Sekolah Siaga Bencana di sekolah tersebut, Selasa (21/2/2017). (Foto istimewa/dokumen)

Mitigasi bencana juga harus dimiliki oleh siswa

Harianjogja.com-KULONPROGO- Pengetahuan mitigasi bencana di sekolah siaga bencana (SSB) diharapkan dapat membantu warga di sekitarnya ketika bencana datang. Dengan begitu, siswa-siswi juga dapat berperan aktif membantu korban bencana.

Advertisement

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto menjelaskan, hingga kini tercatat sebanyak 46 SSB yang dibentuk Pemkab Sleman. Pembentukan SSB tersebut dilakukan agar seluruh elemen mulai pemerintah, sekolah hingga masyarakat siap menghadapi bencana.

“Semua pihak harus tanggap, tangkas dan tangguh saat menghadapi bencana,” kata Supriyanto saat gelar Gladi Lapang Sekolah Siaga Bencana SMA Muhammadiyah 1 Prambanan, Sleman, Selasa (21/2/2017).

Advertisement

“Semua pihak harus tanggap, tangkas dan tangguh saat menghadapi bencana,” kata Supriyanto saat gelar Gladi Lapang Sekolah Siaga Bencana SMA Muhammadiyah 1 Prambanan, Sleman, Selasa (21/2/2017).

Dia menjelaskan, wilayah Sleman berdasarkan kondisi geografisnya memiliki tujuh potensi ancaman bencana mulai erupsi Gunung Merapi, banjir, angin kencang, tanah longsor, kekeringan, kebakaran, dan gempa bumi.

Berdasarkan kondisi tersebut kesadaran masyakarat terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana perlu terus ditingkatkan. Selain lembaga pendidikan, tahun ini pun direncanakan delapan desa siaga bencana akan dirintis. “Warga akan menerima pengetahuan dan keterampilan terkait mitigasi bencana,” paparnya.

Advertisement

BPBD Sleman sendiri melakukan sejumlah langkah untuk antisipasi bencana. Seperti memantau aliran sungai terutama yang berhulu di Gunung Merapi, dan memetakan potensi bencana longsor di wilayah Prambanan.

Bupati Sleman Sri Purnomo menegaskan, pelatihan penanganan bencana tersebut diberikan kepada masyarakat termasuk siswa-siswi sekolah agar dapat siaga ketika menghadapi bencana alam. Ketika bencana alam terjadi, katanya, posisi masyarakat merupakan subjek sekaligus objek.

“Mereka menjadi sumber pokok untuk pengurangan resiko bencana itu sendiri sehingga perlu adanya pembelajaran penanggulangan bencana,” katanya.

Advertisement

Dia mengingatkan peristiwa gempa yang pernah terjadi di DIY beberapa tahun lalu di mana saat itu bangunan  belum memenuhi standard.  Pengetahuan masyarakat tentang bencana masih minim sehingga korban meninggal cukup banyak. Peristiwa tersebut, lanjutnya, diharapkan tidak terjadi lagi jika masyarakat dibekali dengan berbagai pelatihan. “Itu dilakukan untuk meminimalisir jatuhnya korban dan dapat mengantisipasi ketika bencana terjadi,” kata bupati.

Saat gladi lapang bencana tersebut, siswa-siswi SMA 1 Muhammadiyah Prambanan memperagakan kesiapsiagaan ketika gempa bumi.  Kepala Sekolah SMA 1 Muhammadiyah Prambanan Sukardi mengumpulkan Tim Siaga Sekolah (TSS) untuk mengecek kesiapan masing-masing.

Tim  kemudian mengevakuasi 268 siswa ke titik kumpul aman. “Kami juga menerima bantuan berupa HT, megaphone, seperangkat alat evakuasi,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif