Jogja
Rabu, 22 Februari 2017 - 05:40 WIB

INDUSTRI KEUANGAN SYARIAH : Tumbuh Pesat, Indonesia Masuk Sepuluh Besar Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Uang Rupiah Emisi 2016. (JIBI/Antara)

Total aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp889,47 triliun.

Harianjogja.com, JOGJA-Industri keuangan berbasis syariah di Indonesia terus tumbuh pesat dan menempati ranking sembilan di dunia. Dalam perkembangannya, produk keuangan tersebut tidak lagi bersifat eksklusif, tetapi inklusif karena dapat menjadi alternatif bagi masyarakat secara luas.

Advertisement

“Pertumbuhan keuangan syariah di posisi pertama adalah Malaysia. Bahkan, negara-negara Timur Tengah berada di bawahnya. Sedangkan Indonesia berada di posisi sembilan,” ujar Kepala Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Darmansyah Hadah dalam Seminar Peran OJK dalam Lembaga Keuangan Syariah di Gedung PP Muhammadiyah, Sabtu (19/2/2017).

Muliaman mengungkapkan, secara global, kata Muliaman, total aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp889,47 triliun atau sekitar 65,51 miliar dolar. Angka pencapaian tersebut hingga Desember 2016, tidak termasuk saham syariah. Hal ini menunjukkan keuangan syariah semakin diminati. Tumbuhnya industri ini juga tidak terlepas dari pemanfaatannya yang menyasar seluruh lapisan masyarakat. Menurut Muliaman, keuangan syariah tidak bersifat eksklusif, tetapi inklusif.

“Semangat inklusif ini perlu didorong, karena dapat memberikan kemudahan . Maka dari itu, keuangan syariah harus harus dapat menunjukkan hal itu agar bisa menjadi alternatif bagi masyarakat,” ungkap Muliaman.

Advertisement

Sementara itu, Ekonom, Edy Suwandy Hamid menjelaskan gerakan ekonomi syariah mulai menggeliat sejak tahun 1990an. Perkembangannya semakin pesat setelah reformasi 1998, meski pada saat itu fokusnya hanya di sektor perbankan, asuransi maupun surat berharga. Bahkan, perkembangannya justru relatif lambat dibandingkan negara-negara seperti Malaysia dan beberapa negara Timur Tengah.

Edy mengungkapkan pertumbuhan industri keuangan tersebut dapat diamati dari jumlah lembaga keuangan syariah yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan, peningkatan jumlah lembaga keuangan dapat diamati, baik di sektor perbankan, unit usaha syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

“Jika dilihat dari share asset perbankan syariah terhadap total perbankan Indonesia, saat ini [2016] hanya berkisar 4,79 persen, meningkat signifikan dibanding tahun 2007 yang hanya 1,77 persen. Dari jumlah lembaganya, tahun 2002 hanya dua bank umum syariah, sekarang sudah mencapai 12 bank umum syariah,” jelas Edy.

Advertisement

Kepala Kantor OJK DIY, Fauzi Nugroho menambahkan share asset perbankan di DIY mencapai 7,58% atau berada di atas pencapaian nasional sebesar 5,30%. Hingga Desember 2016 lalu, jumlah aset perbankan syariah di DIY tercatat sebesar Rp5,30 triliun atau tumbuh sebesar 11,05%.

Kendati mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, masalah yang dihadapi perbankan syariah tidak sama dengan perbankan umum lainnya. Fauzi mengungkapkan pembiayaan perbankan syariah didominasi sektor konsumtif, jasa bisnis dan perdagangan. Selain itu, akad dalam transaksi perbankan syariah masih sangat variatifm kebanyakan didominasi Akad Murabahah.

“Dari sisi produk, bank syariah belum kompetitif dibandingkan produk bank konvensional. Bahkan, sumber daya insani di perbankan ini masih realtif terbatas, baik jumlah maupun kualitas dari aspek fiqh, operasional, manajemen risiko dan aspek legal,” papar Fauzi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif