News
Minggu, 19 Februari 2017 - 20:30 WIB

Putaran Kedua Pilkada Jakarta, Calon Diminta Tinggalkan Isu SARA

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto kombo warga menunjukkan jari seusai mencoblos pada pilkada DKI Jakarta di Jakarta, Rabu (15/2/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A)

Para calon diminta meninggalkan isu SARA dalam putaran kedua Pilkada Jakarta.

Solopos.com, JAKARTA — Setiap pasangan calon yang bertarung dalam putara kedua Pilkada Jakarta diminta meninggalkan isu-isu yang menyinggung perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Hal itu sekaligus memberikan contoh pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.

Advertisement

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengungkapkan masyarakat Jakarta menyenangi kandidat pemimpin yang berkarakter lugas, berani, mampu, dan memiliki kapasitas untuk mengeksekusi program. “Selain itu, masyarakat di Ibu Kota juga menyenangi pribadi pemimpin yang jujur, apa adanya, serta tidak sarat politik pencitraan,” ujarnya, Sabtu (18/2/2017).

Karena itu, menurutnya, para kandidat Pilkada Jakarta 2017 yang melaju ke putara kedua harus meyakinkan calon pemilih bahwa mereka memiliki karakter-karakter tersebut. Dengan demikian, dia mengajak para kandidat, tim pemenangannya, dan para simpatisan untuk meninggalkan isu-isu SARA karena bukan contoh yang baik bagi publik.

Dia juga mengungkapkan bahwa para kandidat yang bertarung harus menjaga amanah yang dipercayakan oleh masyarakat setelah menjalani proses panjang menjaring dukungan dari rakyat.

Advertisement

Pada putaran kedua, menurutnya, masih terbuka kemungkinan partai-partai pendukung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni (Agus-Sylviana) untuk mengalihkan dukungan kepada kedua kandidat tersisa. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandiaga) pun bersaing mendapatkan limpahan suara itu.

“Hal ini dikarenakan dalam politik kontemporer Indonesia, kepentingan yang menjadi landasan abadi bagi partai politik, bukan ideologi atau format partai seperti apa,” tambahnya.

Anggota Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Trimedya Panjaitan, mengklaim sejak awal telah menitikberatkan kampanye tanpa isu SARA. Mereka memilih menampilkan karakter duet kepemimpinan yang lugas, berani, mampu, dan memiliki kapasitas untuk mengeksekusi program, jujur, serta tidak sarat pencitraan.

Advertisement

Namun, berdasarkan capaian pemilihan putaran pertama, pihaknya telah melakukan evaluasi menyeluruh untuk mempersiapkan diri menghadapi putara kedua. Caranya, mereka melakukan pemetaan daerah mana yang menjadi basis pendukung Ahok-Djarot, serta daerah mana daerah yang perlu diberi penguatan.

“Kami juga sudah memetakan daerah mana yang kami duga ada campur tangan dari RT dan RW yang mempengaruhi independensi KPPS,” paparnya.

Soal komposisi dengan partai-partai lainnya, dia berharap Partai Amanat Nasional (PAN) yang dalam pilkada di daerah lain seringkali berkoalisi dengan PDIP, bisa merapat ke kubu Ahok-Djarot. Harapan serupa juga ditujukan kepada partai lain seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif