News
Minggu, 19 Februari 2017 - 16:00 WIB

Kepribadian & Pembunuhan Kim Jong-nam, serta Keterlibatan Siti Aisyah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kim Jong Nam (Reuters)

Pembunuhan Kim Jong-nam yang melibatkan Siti Aisyah diyakini terkait kepribadiannya yang tidak disukai rezim Korea Utara.

Solopos.com, JAKARTA — Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, Teguh Santosa mengatakan, ada tiga kemungkinan motif di balik pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang dibunuh dengan racun mematikan di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.

Advertisement

Motif pertama, kata Teguh dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (18/2/2017), adalah peristiwa itu merupakan kriminal biasa. “Mengingat profil Kim Jong-nam yang dalam berbagai pemberitaan media dalam dan luar negeri disebutkan sebagai pria yang gemar bertualang dengan paspor palsu, gemar main perempuan, gemar berjudi, dan sering buat kisruh. Tingkat validitas teori ini kuat,” katanya.

Motif kedua, Teguh menyatakan, teori pembunuhan politik varian A dengan mastermind (dalang) adalah pihak Korea Utara untuk menyingkirkan Kim Jong-nam. Pasalnya, dia digambarkan sebagai pemberontak dan berpotensi mengganggu dan merebut kekuasaan dari Kim Jong-un.

Advertisement

Motif kedua, Teguh menyatakan, teori pembunuhan politik varian A dengan mastermind (dalang) adalah pihak Korea Utara untuk menyingkirkan Kim Jong-nam. Pasalnya, dia digambarkan sebagai pemberontak dan berpotensi mengganggu dan merebut kekuasaan dari Kim Jong-un.

“Tingkat validitas teori ini lemah. Kelemahan utamanya terletak pada keterlibatan dua wanita non Korea Utara sebagai eksekutor. Pihak Korea Utara sangat tertutup dan sulit melibatkan pihak lain apalagi untuk operasi seperti ini,” tuturnya.

Motif ketiga, menurut Teguh, adalah teori pembunuhan politik varian B dengan mastermind (dalang) adalah pihak-pihak lain di luar Korea Utara atau secara sederhana disebut pihak-pihak yang ingin menyudutkan Korea Utara.

Advertisement

Menurut dia, lokasi pembunuhan di Bandara Internasional Kuala Lumpur yang aktivitasnya sangat padat juga memperkuat teori ini karena tujuannya adalah untuk blow up kasus tersebut. Apalagi modus pembunuhan yang digambarkan dalam berbagai pemberitaan terlalu dramatis.

Kim Jong-nam, 45, diduga terbunuh setelah dua perempuan yang memercik wajahnya dengan zat kimia di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur 2, Senin (13/2/2017), sekitar pukul 09.00 waktu setempat saat akan berangkat ke Makau.

Jong nam adalah putra tertua Kim Jong-il, pemimpin Korea Utara dari 1994 hingga 2011. Ibunya bernama Song Hye-rim, satu dari tiga perempuan yang diketahui memiliki anak tidak resmi dengan Kim Jong-il.

Advertisement

Namun, Jong-il berupaya merahasiakan hubungan gelapnya dengan Song karena ayahnya, Kim Il-sung, tidak menyetujuinya. Awalnya, Jong-il tidak menyekolahkan Jong-nam dan mengirimnya ke kakak perempuan Song, Song Hye-rang, untuk mendidiknya di rumah.

Jong-nam disebut memiliki perangai yang sama dengan ayahnya, yaitu bertempramen tinggi, sensitif, dan tertarik dengan seni, khususnya membuat film. Menurut bibinya, Jong-nam tidak punya keinginan untuk menjadi penerus ayahnya sebagai penguasa Korea Utara.

Pada 1995, Kim Jong-nam mulai rutin pergi ke Jepang. Dia diketahui menjadi tamu rutin di sebuah pemandian di Yoshiwara, salah satu kawasan “lampu merah” di Tokyo.

Advertisement

Awalnya, dia diproyeksikan menjadi penerus Kim Jong-il. Namun, namanya menjadi sorotan setelah dia kedapatan menggunakan paspor palsu saat mengunjungi Disneyland Tokyo pada Mei 2001. Saat itulah dia kehilangan kepercayaan dari ayahnya.

Sejak itulah dia diasingkan dari Korea sekitar 2003 lalu. Kadang-kadang dia mengkritik rezim yang dipimpin keluarganya dan menjadi aktivis pro reformasi. Dia kemudian tinggal di Makau di bawah perlindungan pemerintah China sebelum terbunuh pada pekan lalu di Kualalumpur.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif