Jogja
Sabtu, 21 Januari 2017 - 03:20 WIB

KEKERASAN SLEMAN : Ada Korban Luka, Kenakalan Pelajar atau Kriminalitas?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Kekerasan Sleman yang marak terjadi coba dicegah

Harianjogja.com, SLEMAN – Aksi kekerasan yang melibatkan pelajar saat ini seperti klithih, bukan lagi wujud kenakalan remaja. Aksi tersebut sudah menjurus ke masalah kriminalitas. Untuk mencegah aksi tersebut, Polres Sleman mengintensifkan patroli di luar jam sekolah.

Advertisement

Kapolres Sleman, AKBP Burkhan Rudy Satria menilai aksi klitih yang mengakibatkan korban luka bahkan meninggal misalnya, merupakan tindakan kriminal murni.

“Mereka bertindak bukan dengan tangan kosong lagi, tetapi dengan senjata tajam. Tujuannya untuk melukai orang lain. Itu perbuatan kriminal,” kata Burkhan di Gedung Youth Center Sleman, Kamis (19/1/2017).

Advertisement

“Mereka bertindak bukan dengan tangan kosong lagi, tetapi dengan senjata tajam. Tujuannya untuk melukai orang lain. Itu perbuatan kriminal,” kata Burkhan di Gedung Youth Center Sleman, Kamis (19/1/2017).

Untuk mencegah pelajar melakukan tindakan tersebut, pihaknya akan meningkatkan pengawasan dan patroli terutama di luar jam sekolah. Setidaknya, lanjut Burkhan, ada dua polisi yang di tempatkan untuk berjaga di sekolah-sekolah yang dinilai rawan tawuran pelajar. Jika ditemukan pelajar berkumpul tanpa alasan yang jelas, petugas akan melakukan pembinaan.

“Kami juga akan melebarkan patroli ke lokasi-lokasi yang rawan jadi titik kumpul (klithih),” katanya.

Advertisement

“Kami tetap lakukan penahanan, meski mereka masih di bawah umur bahkan ada yang di bawah 14 tahun,” ujar Burkhan.

Menurutnya, sikap tegas aparat tersebut penting dilakukan untuk memberikan efek jera. Pasalnya, Polres Sleman sering kali memberikan surat peringatan dan pembinaan kepada orang tua pelaku kekerasan. Namun hal tersebut tidak dinilai memberikan efek apa-apa. Hingga November 2016 tercatat 47 kasus kekerasan yang melibatkan pelajar. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 kasus terjadi di wilayah Sleman.

Intensifkan Komunikasi

Advertisement

Di lokasi yang sama, Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, mulai tahun ini Pemkab akan berupaya menyusun strategi agar aksi kenakalan remaja bisa diredam. Salah satunya dengan mengintensifkan komunikasi antar sekolah dan orangtua.

“Jumlah 21 kasus itu kan tahun lalu. Jadi di awal tahun ini, kami berkomitmen untuk merapatkan barisan supaya hal tersebut tidak terjadi lagi,” kata Sri.

Menurutnya, ada tiga hal yang terlibat dalam pembentukan perilaku anak-anak mulai orangtua, sekolah dan lingkungan. Apabila salah satu dari tiga hal tersebut tidak berfungsi dengan baik, lanjutnya, maka dampaknya akan memunculkan kenakalan remaja. Tidak sedikit dari orangtua yang mengumbar berbagai fasilitas untuk anaknya, tanpa kontrol. Kondisi tersebut seringkali menjerumuskan anak ke dalam kenakalan.

Advertisement

“Orangtua bertanggungjawab terhadap pembentukan karakter dan pendidikan anak-anak. Banyak orangtua sekarang yang terlalu sibuk bekerja sehingga perhatian kepada anak menjadi berkurang,” kata Sri.

Peran guru juga dibutuhkan untuk membentuk karakter anak. Meski dinilai tidak mudah, guru bertanggungjawab untuk melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Pendidikan karakter untuk mencegah kenakalan remaja salah satu tantangan di sekolah.

“Yang tidak kalah penting adalah kondisi lingkungan pergaulan anak. Masyarakat harus juga terlibat menjaga kondusifitas. Ini menjadi tanggungjawab bersama agar anak tidak terjebak dalam kenakalan remaja,” usulnya.

Advertisement
Kata Kunci : Kekerasan Sleman
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif