Jogja
Sabtu, 21 Januari 2017 - 04:20 WIB

EKONOMI KREATIF : Jutaan Rupiah dari Limbah Bonggol Jagung

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ekonomi kreatif berikut memanfaatkan limbah

Harianjogja.com, SLEMAN — Bonggol jagung yang selama ini hanya dipandang sebelah mata karena dianggap sampah, ternyata bisa menghasilkan nilai jual dan seni yang tinggi. Janggel jagung, begitu orang Jawa menyebutnya, bisa dikreasikan menjadi produk seni yang tak kalah inovatif dari bahan seni lainnya seperti kayu.

Advertisement

Di tangan pria paruh baya bernama Stefanus Indri Sujatmiko, bonggol jagung bisa diubah menjadi kursi, lampu tidur, lampion, tatakan gelas, tempat tishu, miniatur bangunan, dan bahkan lukisan. Saat Harian Jogja menyambangi kediamannya di Dusun Minggir II RT 1/RW 3 Sendang Agung, Minggir, Sleman belum lama ini, Indri tampak sedang mengerjakan proyek barunya, yaitu mengerjakan miniatur Candi Borobudur.

Pemilik usaha VC Giowari Putra Craft menunjukkan hasil karyanya dari bahan bonggol jagung, belum lama ini di rumahnya. (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Advertisement

Pemilik usaha VC Giowari Putra Craft menunjukkan hasil karyanya dari bahan bonggol jagung, belum lama ini di rumahnya. (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Miniatur candi itu memiliki lebar kurang lebih 1,5 meter pada keempat sisinya. Dari kejauhan, miniatur yang sudah ia kerjakan selama berbulan-bulan itu sekilas seperti berbahan dasar kayu. Namun ketika dilihat lebih dekat, tekstur dan bentuk asli bonggol jagung mulai terlihat.

Satu per satu bonggol ia susun rapi. Ada yang dipasang utuh, ada pula yang dipotong-potong. Ada pula yang bagian dalam bonggol dihilangkan agar bonggol menjadi berongga. Sebelum disusun, ratusan bonggol itu sudah melalui proses yang cukup panjang. Tahap pertama adalah penjemuran bonggol selama 4-5 hari untuk cuaca dingin seperti ini. Berlanjut pada proses pengamplasan dan perendaman dalam larutan khusus selama tiga jam guna mengawetkan bonggol dan menahan dari mikroorganisme. Setelah itu tahapan pemotongan dan perangkaian menjadi bentuk sesuai yang diinginkan.

Advertisement

Untuk tahapan perangkaian, Indri yang hanya dibantu rekannya Eko Priyanto ini hanya memanfaatkan barang-barang rumah tangga sebagai pola. Untuk membuat lampu petromak misalnya, ia memanfaatkan wajan  di dapur untuk membuat penutupnya. Ia juga memanfaatkan mangkuk dan bola sepak untuk mendapatkan bentuk lampu yang bulat.

Untuk produk lampu, ia jual mulai Rp150.000. Sementara cermin mulai Rp250.000.

“Miniatur Borobudur ini yang fantastis karena pengerjaannya rumit dan lama. Mungkin [dijual] Rp50 juta,” tutur bapak tiga anak ini.

Advertisement

Rencananya, miniatur Borobudur itu akan ia daftarkan Museum Rekor Indonesia (Muri) dan diperlihatkan di depan Presiden Joko Widodo.

Produk lain yang tak kelah menarik adalah lukisan. Bonggol-bonggol jagung itu ia kreasikan menjadi lukisan bergambar tokoh-tokoh negara. Satu lukisan tokoh yang siap ia pasarkan adalah lukisan Bung Karno. Sementara lukisan Presiden Obama dan Presiden Jokowi sedang dalam proses.

“Pokoknya setahun ini saya pengen berinovasi dan berkreasi dulu. Setahun pertama berbisnis memang perlu penjajakan,” katanya.

Advertisement

Pasar bisnis yang ia namai Giowari Putra Craft ini memang belum banyak karena baru seumur jagung. Namun tawaran untuk mengikuti pameran di berbagai tempat sudah ia lakoni. Mulai dari tingkat Kabupaten Sleman, provinsi DIY, Jakarta, sampai Bali. Para buyer dan juga reseller mulai berdatangan. Mereka sangat mengapresiasi kreativitas Indri yang berusaha memanfaatkan limbah. Sampai saat ini, produk buatannya itu sudah terjual sampai Jakarta, Jombang, Bogor, dan Bali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif