News
Senin, 16 Januari 2017 - 16:00 WIB

Harga Bensin di Indonesia Terendah ke-9 di Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Harga bensin di Indonesia saat ini merupakan yang terendah ke-9 di dunia, namun daya beli masyarakatnya tergolong lemah.

Solopos.com, JAKARTA — Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis gasoline atau bensin di Indonesia yang rata-rata mencapai Rp8.033 per liter termasuk terendah ke-9 dibandingkan dengan 61 negara lainnya.

Advertisement

Berdasarkan data yang dikutip Bloomberg, Senin (16/1/2017), harga bensin di Indonesia bahkan lebih rendah dari harga BBM di Filipina, yakni rata-rata Rp11.756 per liter di urutan 15, dan di Singapura senilai Rp18.434 per liter di urutan 43.

Sementara itu, harga BBM di Malaysia lebih rendah dari Indonesia, yakni dijual rata-rata Rp5.705 per liter. Bahkan di beberapa negara penghasil minyak tertinggi seperti Arab Saudi harga jual BBM rata-rata sebesar Rp3.222 per liter dan Venezuela dengan harga terendah yakni rata-rata Rp28 per liter.

Sayangnya, harga jual BBM di Indonesia yang tergolong murah tak diimbangi dengan daya beli masyarakat. Dengan harga terendah di urutan ke-9, keterjangkauan harga justru berada di urutan akhir, yakni di urutan 54 karena pendapatan rata-rata harian sebesar Rp132.528 per orang. Karena itu, kontribusi biaya bahan bakar dari pendapatan sebesar 6,06% dan rata-rata pengguna kendaraan menghabiskan 118,71 liter setiap tahunnya.

Advertisement

Negara dengan potret yang hampir sama dengan Indonesia adalah Nigeria dengan rata-rata harga bensin sebesar Rp6.182 per liter. Penghasilan rata-rata harian masyarakat setempat Rp67.628 sehingga kontribusi biaya bahan bakar sebesar 9,19% dan konsumsi tahunan sebesar 55,93 liter.

Sementara itu, VP Retail Pertamina, Afandi mengatakan realisasi konsumsi beberapa jenis bahan bakar mengalami perubahan. Konsumsi jenis premium turun 25% dari 28 juta kilo liter (kl) pada 2015 menjadi 21 juta kl di 2016.

Adapun, penurunan konsumsi jenis premium dikarenakan adanya selisih harga antara bahan bakar tersebut dengan bahan bakar khusus seperti pertalite dan pertamax series. Penurunan juga disebabkan tumbuhnya pengguna kendaraan yang mensyaratkan penggunaan bensin bernilai oktan di atas 92. Realisasi konsumsi pertalite pada 2016 baik 1.500% dari 400.000 kl di 2015 menjadi 6 juta kl di 2016, dan pertamax series naik 80% dari 2,5 juta kl pada 2015 menjadi 4,5 juta kl di 2016.

Advertisement

Sedangkan jenis solar, realisasi konsumsi lebih rendah dari kuota penugasan, yakni 13,9 juta kl yang hanya tercapai sebesar 13,6 juta kl. Penyebab penurunan tersebut, ujar Afandi, karena munculnya produk lain seperti Dexlite yang mengalami kenaikan 100% dari 150.000 kl menjadi 300.000 kl.

“Masyarakat sudah semakin sadar untuk menggunakan BBM sesuai dengan kebutuhan mesin,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif