Sport
Senin, 9 Januari 2017 - 21:30 WIB

F1 Dinilai Tak Punya Rencana Jangka Panjang

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Balapan Formula One 2016 di GP Singapura. (REUTERS/Jeremy Lee)

Ajang Formula One mendapat kritik.

Solopos.com, LONDON — Mantan Direktur Teknik Ferrari, Ross Brawn, menilai kemunduran Formula 1 (F1) bersumber dari nihilnya rencana jangka panjang di ajang jet darat tersebut. Brawn yang sempat diisukan menggantikan Bernie Ecclestone sebagai Chief atau Supremo F1 juga menganggap F1 terlalu reaktif terhadap berbagai masalah.

Advertisement

Terakhir F1 didera problem sejumlah negara yang berniat mundur dari ajang tersebut. Brasil, Singapura dan Inggris dikabarkan tak berminat lagi menjadi tuan rumah penyelenggara balapan menyusul meredupnya sinar F1. Negara seperti Jerman dan Malaysia sudah mengawali hengkang dari ajang jet darat lantaran ajang itu dinilai tak lagi menguntungkan.

“F1 butuh sebuah rencana. Dan yang membuat saya frustrasi, tidak pernah ada sesuatu yang direncanakan. Semuanya menjadi reaktif,” ujar Brawn kepada ESPN seperti dilansir Crash.net, Minggu (8/1/2017).

Brawn menyebut biaya pengembangan mesin mobil saat ini sangat tinggi sehingga berefek pada mahalnya pembiayaan F1. Manor Racing yang di ambang bangkrut menjadi salah satu contoh terbaru bahwa F1 adalah olahraga yang “sangat tidak murah”. Ironisnya, jumlah penonton balapan malah stagnan atau cenderung menurun. Hal itu membuat sejumlah negara penyelenggara balapan berniat mundur.

Advertisement

“Masalah mesin ini menjadi tantangan. Bagaimana membuat tim kecil tak bermasalah dengan hal ini? Ini hanya contoh kecil. Masalah seperti ini tidak bisa diselesaikan hanya dalam setahun, tapi tiga atau lima tahun mendatang,” ujarnya.

Brawn mengakui Bernie berupaya peduli terhadap F1 dan segala hal komersial yang melingkupinya. Namun dia menganggap apa yang dilakukan Bernie sekarang bukanlah Bernie yang sesungguhnya. “Mungkin saya terlalu terstruktur dan terlalu pragmatis sebagai insinyur. Pendekatan saya juga mungkin salah. Namun yang jelas sekarang Bernie tidak pada gayanya.”

Pembalap McLaren, Fernando Alonso, menilai F1 berlangsung kian membosankan. Dia membandingkan balapan beberapa tahun terakhir seperti era Ayrton Senna dan Alain Prost yakni medio 1980-an hingga awal 1990. “”Anda akan tertidur di tengah balapan karena persaingannya melibatkan dua McLaren, pembalap keempat di-overlap, dan ada jarak 25 detik antarmobil,” ujarnya seperti dilansir Autosport.

Advertisement

Juara F1 dua kali ini menyebut musim 2000-an sebagai masa jaya F1. Saat itu banyak pabrikan baru yang turut menyemarakkan F1 seperti Toyota dan BMW. “Jumlah penonton dan angka di televisi maksimal. F1 pun membuka di negara-negara baru seperti India, Singapura. Dan mungkin ketika itu kita tidak memahami situasi dengan jernih. Pengeluarannya sangat besar, teknologi amat tinggi, sejumlah pabrikan pun mundur,” tutur Alonso.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif