Jogja
Minggu, 8 Januari 2017 - 08:20 WIB

KISAH INSPIRATIF : Rajutan Rujiyatmi dan Mangunan Bersih dari Sampah Lagi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rujiyatmi tengah sibuk merajut kantong plastik merah sampah Kebun Buah Mangunan di rumahnya, Kamis (4/1/2017) siang. (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif kali ini memanfaatkan limbah sekitar

Harianjogja.com, BANTUL — Pariwisata dan sampah, adalah dua hal yang saling terkait dan tak bisa dipisahkan. Persoalannya kini adalah bagaimana sampah itu diperlakukan. Salah satunya adalah Rujiyati, seorang perempuan warga Dusun Mangunan RT 10, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo. Apakah sebenarnya yang ia lakukan?

Advertisement

Mendung mulai menebal di kawasan Mangunan, Kamis (4/1/2017) siang. Angin yang mulai berhembus kencang seiring mendung yang kian menebal menembus pintu dapur Rujiyati.

Perempuan paruh baya bercucu satu dari dua orang putra itu pun meletakkan rajutannya. Ia kini sibuk merapikan tumpukan tas plastik beragam warna yang semrawut akibat tiupan angin tadi. Setelah semua kembali rapi, ia kembali pada rajutannya yang baru saja hari ini ia mulai.

Advertisement

Perempuan paruh baya bercucu satu dari dua orang putra itu pun meletakkan rajutannya. Ia kini sibuk merapikan tumpukan tas plastik beragam warna yang semrawut akibat tiupan angin tadi. Setelah semua kembali rapi, ia kembali pada rajutannya yang baru saja hari ini ia mulai.

Sebenarnya, yang dilakukan Rujiyatmi, bukan hal yang istimewa sekali. Selain dia, banyak orang yang melakukannya. Itulah, Rujiyati pun tak ingin memiliki mimpi yang terlalu tinggi.

“Sederhana saja. Saya ingin Kebun Buah Mangunan bersih dari sampah. Kami, para petugas, jujur saja, selalu kewalahan membersihkan sampah-sampah itu,” tuturnya dengan suara pelan sambil tangannya terus merajut.

Advertisement

Memang, sudah setahun terakhir, Rujiyatmi berprofesi ganda. Tak hanya sebagai Koordinator Pelaksana Kebun Buah Mangunan, ia pun bisa jadi teladan. Tak pernah malu ia menjadi pemungut sampah di kebun. Bukan hanya ingin menjadikan kebun tempatnya bekerja menjadi objek wisata yang nyaman bagi pengunjungnya, tapi dari sampah itu pula ia bisa menghasilkan uang tambahan.

Di tangannya yang cekatan, sampah-sampah itu menjadi barang berharga yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Vas bunga, tirai, dompet, tas, hingga pernak pernik lainnya bisa ia ciptakan dari barang-barang yang merusak pemandangan itu.

Tapi kreativitasnya kali ini berbeda dengan kreativitas daur ulang pada umumnya. Jika biasanya sampah-sampah itu hanya ditempel atau disambung sedemikian rupa saja, tidak dengan Rujiyatmi. Tak tanggung-tanggung, sampah-sampah plastik itu ia rajut.

Advertisement

Merajut, bukanlah hal mudah. Ketelatenan dan kecermatan adalah yang utama. Jika pada umumnya orang merajut dengan menggunakan benang wol ataupun benang plastik, Rujiyatmi justru berbeda. “Ya sampah-sampah inilah yang saya rajut,” katanya kepada kami.

Seperti kegiatan merajut pada umumnya, hakken dan knitting adalah alat utama yang ia gunakan. Hanya saja yang ia rajut kali ini bukanlah benang, melainkan gulungan tas plastik berwarna yang sudah ia seterika sebelumnya.

Hebatnya, pekerjaan serumit itu bisa ia selesaikan tak lebih dari 3 hari saja. Itu pun ia mengerjakannya secara sambilan.

Advertisement

Memang, merajut bukanlah hal asing baginya. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan kegiatan itu. Beragam bahan pernah gunakan. Mulai dari benang wol, senar pancing, bahkan serpihan kayu pernah ia pakai menghasilkan barang kerajinan beraneka bentuk.

Tapi kini ia beralih ke media lain. Tumpukan sampah di tempatnya bekerja memberikannya inspirasi. Maka, jadilah sampah itu menjadi surga bagi rajutannya.Permintaan Tinggi, Produksi Terbatas

Untuk menghasilkan sebuah karya unik itu, ia membutuhkan setidaknya 8-10 buah kantong plastik beragam warna. Kantong-kantong itu lantas dipotongnya hingga berbentuk lembaran besar. Jika menginginkan warna lain, ia pun memadupadankan satu kantong plastik dengan kantong plastik lainnya yang berbeda warna.

Harganya pun murah. Ia menjual hasil kreativitas uniknya itu dengan harga tak berkisar antara Rp20.000-Rp150.000.

Barang yang ia produksi pun sangat terbatas. Tenaganya jelas tak mampu jika harus menerima banyak pesanan. “Maklum, Mas, saya mengerjakan semua ini sendiri,” katanya.

Namun, tak banyak yang ia bisa lakukan untuk memasarkan hasil kreativitasnya itu. Pemasaran dari mulut ke mulut saja lah yang bisa ia lakukan sejauh ini. Itu pun, menurutnya sudah cukup membuatnya kerepotan. Dalam sebulan, ia bisa menerima pesanan hingga 30 buah.

Itulah, kini ia tengah berupaya untuk memberikan pelatihan ala kadarnya pada beberapa orang tetangga. Harapannya, selain bisa membantu menyelesaikan pesanan yang terus melonjak, terutama saat liburan, ia pun berharap perekonomian mereka bisa lebih berdaya. “[Kebun Buah] Mangunan juga bisa lebih bersih dari sampah, tentunya.”

Kreativitas seperti yang dilakukan Rujiyatmi itulah yang kini tengah didorong oleh beberapa tokoh masyarakat di sekitar Mangunan. Mereka berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul bisa mendukung apa yang dilakukan oleh salah satu warganya itu. “Pemkab Bantul seharusnya mendukung,” tegas Suratman, salah satu tokoh masyarakat.

Mimpinya, jika kreativitas Rujiyatmi itu bisa dikembangkan, ia percaya, persoalan sampah di objek wisata bisa terselesaikan. Sebagai salah satu perintis objek wisata di Mangunan, ia tak menampik, semakin meningginya popularitas wisata di Mangunan, persoalan sampah pun kian serius.

Pekerjaan petugas dan pengelola objek wisata, kini tak hanya sebatas pada objek wisatanya saja, melainkan juga harus berpikir bagaimana mengatasai persoalan sampah yang semakin menggunung itu. “Saya rasa, apa yang dilakukan Bu Ruji [sapaan akrab Rujiyatmi] adalah salah satu solusi untuk itu,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif