Jatim
Kamis, 5 Januari 2017 - 17:05 WIB

KISAH INSPIRATIF : Hidup Tanpa Tangan, Mbah Rebo Asal Ponorogo Selalu Bersyukur

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mbah Rebo, warga Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, menikmati kopi di warung kopi di desa setempat, Rabu (4/1/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif Mbah Rebo yang lahir tanpa tangan, namun merasa hidupnya selalu lengkap.

Madiunpos.com, PONOROGO — Lahir dan hidup di dunia tanpa kedua tangan, bagi sebagian orang mungkin menjadi cobaan yang amat pedih. Namun, anggapan seperti itu tidak dirasakan Rebo, 80, warga Jl. Glagah, RT 003/RW 003, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, yang lahir tanpa memiliki kedua tangan.

Advertisement

Rebo atau biasa dipanggil Mbah Rebo selalu berucap syukur telah diberi kesempatan untuk hidup di dunia oleh Tuhan. Mbah Rebo tidak pernah menganggap kondisinya sebagai kekurangan. Selama hidup 80 tahun, Mbah Rebo selalu beraktivitas layaknya orang lain.

“Saya tidak pernah menganggap hidup saya cacat. Saya selalu meyakinkan pada diri saya, bahwa saya manusia beruntung dan tidak memiliki kekurangan sama sekali hidup di dunia,” kata Mbah Rebo saat berbincang dengan Madiunpos.com di salah satu warung kopi di Desa Sukorejo, Rabu (4/1/2017).

Mbah Rebo dengan wajah berbinar menceritakan kehidupannya kepada Madiunpos.com. Karena sejak lahir tidak memiliki kedua tangan, kedua kakinya merupakan satu-satunya sarana untuk beraktivitas, mulai makan, minum, bekerja, dan lainnya. (baca: Mbah Rebo, Manusia Tanpa Tangan Asal Ponorogo yang Jago Main Akrobat)

Advertisement

Saat ini Mbah Rebo memiliki dua istri dengan lima anak dan sebelas cucu. Dari istri pertama, Mbah Rebo dikaruniai dua anak dan dari istri kedua dikaruniai tiga anak.

Mbah Rebo di Desa Sukorejo pun dikenal sebagai salah satu orang yang humoris dan penuh keceriaan. Ikhlas dan selalu bahagia, menjadi salah satu kunci bagi Mbah Rebo untuk hidup sehat di usia renta seperti sekarang.

“Di kampung saya, dulu ada belasan orang yang seangkatan dengan saya. Namun, sekarang hanya tersisa tiga orang,” ujar Mbah Rebo sambil meminum kopi dengan menggunakan kakinya.

Advertisement

Saat ini aktivitasnya hanya mengurus rumah dan nongkrong di warung kopi sambil bercerita mengenai hidup bersama tetangganya. Kebutuhan hidupnya kini sudah dipenuhi istri dan anak-anaknya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif