Jogja
Rabu, 28 September 2016 - 22:20 WIB

OBAT PALSU : Menkes : Apoteker Berperan Besar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Kesehatan Nila F Moelloek saat memberikan keynot speech pada acara rapat kerja Nasional dan Temu Ilmiah IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) di Alana Hotel, Sleman, Selasa, (27/9/2016). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

Obat palsu agar tidak beredar luas, apoteker punya peran besar.

Harianjogja.com, SLEMAN — Sebagai bagian pendukung kesehatan, profesi apoteker dituntut berperan lebih profesional. Salah satunya memerangi peredaran obat palsu.

Advertisement

(Baca Juga : OBAT PALSU : Salesman Freelance Salah Satu Celah Masuknya Obat Palsu Ke Apotek)

Menteri Kesehatan Nila F Moelloek mengatakan pemberian obat-obatan kepada pasien merupakan tugas apoteker. Artinya, apoteker harus tahu betul mana obat yang asli dan yang palsu.

Advertisement

Menteri Kesehatan Nila F Moelloek mengatakan pemberian obat-obatan kepada pasien merupakan tugas apoteker. Artinya, apoteker harus tahu betul mana obat yang asli dan yang palsu.

“Makanya kinerja apoteker harus lebih profesional karena ikut bertanggujawab sampai ketepatan pemberian obat-obatan,” katanya usai membuka acara rapat kerja Nasional dan Temu Ilmiah IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) di Alana Hotel, Sleman, Selasa, (27/9/2016)

Diakuinya, tidak semua wilayah di Indonesia kebutuhan apoteker dapat terpenuhi. Banyak apotek-apotek yang beroperasi tanpa apoteker. Sampai saat ini, jumlah apoteker yang tercatat sekitar 40.000 orang.

Advertisement

Untuk menjembatani masalah tersebut, Kementerian Kesehatan terus melakukan pemetaan wilayah terutama daerah-daerah perbatasan. Pemetaan dilakukan untuk mendata jumlah tenaga kesehatan termasuk apoteker.

Ke depan, kata Moelloek, Kemenkes akan membahas secara serius masalah distribusi tenaga Kesehatan ke semua wilayah di Indonesia. Masalah tersebut, lanjut Moeloek, bukan perkara yang gampang. Meski begitu, Kemenkes tetap akan melakukan keadilan distribusi tenaga kesehatan. Entah dalam bentuk rotasi, penempatan, tuhas khusus dan lainnya.

“Kami akan berkoordinasi dengan kementerian lain misalnya Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara soal pengangkatan menjadi pegawai negeri,” katanya.

Beli Obat dengan Resep Dokter

Advertisement

Menurut Moeloek, para apoteker memiliki kompetensi dalam pengawasan dan meminimalisir penyebaran obat palsu.

Pasalnya para apoteker sangat tahu mana obat yang benar dan mana obat yang palsu. Mana obat yang tepat diberikan kepada pasien dan mana yang tidak.

“Dokter itu mengetahui sakitnya, sementara apoteker tahu obat. Pada saat pemberian (obat) apoteker harus tahu betul dan dengan tepat,” kata dia.

Advertisement

Dia menambahkan, obat-obatan yang beredar di pasaran sangat beragam. Namun secara umum obat-obatan yang dijual ada yang paten dan generik. Obat paten terutama untuk kanker. Soal beredarnya obat palsu, kata dia pihak pemberi obat harus membeli dari Pabrik Besar Farmasi.

“Jadi jangan asal membeli obat tanpa resep dokter. Masyarakat harus membelinya di tempat-tempat yang resmi seperti apotek. Penjualan obat melalui online juga perlu dihindari,” katanya.

Rapat kerja Nasional dan pertemuan ilmiah tahanan oleh IAI merupakan agenda tahunan yang digelar untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme apoteker yang berada di bawah organisasi Ikatan Apoteker Indonesia. Perhelatan ini berlangsung mulai  27 – 29 September 2016 di Alana hotel itu diikuti oleh sekitar 1.800 apoteker  dari 34 propinsi di Indonesia.

Ketua Umum Pengurus Pusat IAI Nurul Falah Edi Pariang mengatakan, Rakernas tersebut mengangkat tema  Developing Pharmacist Role for Better Quality of Life in AEC Era. “Selama tiga hari, para apoteker saling berbagi ilmu dan pengetahuan terkini mengenai kefarmasian. Kami juga mendorong adanya pendistribusian apoteker secara merata di wilayah Indonesia,” kata Nutul.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif