Soloraya
Selasa, 12 Juli 2016 - 21:40 WIB

AKTIVITAS MANTAN BUPATI SRAGEN : Bebas dari Kedungpane, Untung Memulai Pekerjaan Lawas

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Untung Wiyono menunjukkan buku hasil karyanya sewaktu di LP Kelas I Kedungpane Semarang berjudul Menggerakan Kekuatan Indonesia, Inspirasi dari Sragen saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Dukuh Dayu RT 029/RW 008, Desa Jurangjero, Kecamatan Krangmalang, Sragen, Selasa (12/7/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Aktivitas mantan Bupati, Untung Wiyono menjalani pekerjaan lawas.

Solopos.com, SRAGEN–Para pekerja sibuk membongkar kajang di halaman rumah Bupati Sragen periode 2001-2011, Untung Wiyono, Dukuh Dayu RT 029/RW 008, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Selasa (12/7/2016) siang. Kajang bertiang besi dan beratap seng itu digunakan untuk acara pergelaran wayang kulit untuk wetonan Untung, Senin (11/7/2016) malam.

Advertisement

Tiga unit mobil parkir di jalan depan rumahnya. Mereka rombongan tamu Untung. Dua orang di antaranya seperti warga negara Turki. Mobil-mobil itu diparkir dekat pos penjagaan. Sejak putri sulung Untung, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menjabat Bupati Sragen periode 2016-2021 pos penjagaan itu dijaga dua orang personel satuan polisi pamong praja (Satpol PP) dengan sistem sif selama 24 jam.

Nanang, seorang anggota Satpol PP asal Teguh Jajar, Sragen Wetan, Sragen duduk di kursi plastik. Laki-laki itu duduk terdiam menyaksikan aktivitas para pekerja itu. “Bapak [Untung] baru pulang pada hari kedua Lebaran, Kamis (7/7/2016) sore. Keesokan harinya [Jumat, 8/7/2016], mobil tamu Bapak mengular sampai jalan utama. Apalagi Sabtu (9/7/2016), tamunya dari tadi sampai sore. Pak Dedy [Wakil Bupati Sragen] mau bertemu tidak bisa karena Bapak sudah berpesan ingin istirahat,” kisah Nanang saat berbincang dengan Solopos.com di bawah teduhnya pohon mangga.

Sesaat kemudian rombongan tamu Untung pun berpamitan. Wajah mereka semringah saat keluar dari ruang tamu yang luas itu. Entah apa yang dibicarakan. Untung masih berdiri di belakang pintu saat melihat Solopos.com menyelinap di antara rombongan tamunya. Sosok lelaki berdiri dengan kemaja lengan panjang bergaris tipis dan bercelana hitam panjang.

Advertisement

“Saya segera ada acara di luar itu. Silakan duduk!” ujar Untung.

Wajah pria berusia 66 tahun itu masih sama dengan wajah Untung 10 tahun lalu. Kacamata bening transparan menjadi penyambung penglihatannya. Bapak dari lima orang anak itu duduk seraya memulai pembicaraan. “Saya senang bekerja. Hidup ini harus bermanfaat. Waktu di Kedungpane [Lembaga Pemasyarakatan tempatnya menjalani hukuman terkait kasus korupsi dana kas daerah], saya membuat training center dengan 14 jurusan, seperti pertukangan, mebel, hingga kuliner. Ada pula program paket C dan paket B,” ujarnya.

Bupati Yuni Sukowati pun pernah membantu pembangunan laboratorium untuk pengembangan training center itu. Dia miris dengan kondisi LP yang didominasi narapidana kasus narkoba. Dia mencatat ada 200.000 napi narkoba yang ditangani Balai Pemasyarakatan (Bapas). “Indonesa benar-benar darurat narkoba. Mereka jual paket-paket. Setiap satu paket labanya bisa Rp2,5 juta. Pengangguran mana yang tidak tergiur dengan untung sebanyak itu,” katanya

Advertisement

Sebagai mantan warga binaan pemasyarakatan, Untung menyoroti begitu bobroknya hukum di Tanah Air. Dia memberi solusi atas hukum itu terletak pada moralitas penegak hukumnya. Para penegak hukum itu mestinya harus menolak suap atau sogokan dalam bentuk apa pun. Kemiskinan, swasembada pangan, kelangkaan energi, dan pengangguran juga menjadi sorotan Untung berikutnya. Kunci atas semua persoalan itu, saran dia, terletak pada pembangunan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Setelah bebas, Untung tak ingin tinggal di Sragen. Ia ingin melanjutkan pekerjaan lawas sebagai pengusaha di bidang minyak dan gas. Dia lega Sragen sudah dipimpin anaknya. “Biar Mbak Yuni yang di Sragen. Orang tua tinggal mengawasi saja. Saya titip lupakan persoalan pilkada [pemilihan kepala daerah]. Sragen harus dibangun dengan guyup rukun. Saya sudah minta anak saya untuk bikin perusahaan di Jakarta. Saya ingin kembali pada pekerjaan sebelum menjabat bupati, yakni sebagai profesional di bidang minyak, gas, dan high technology” katanya.

Pengalaman Untung di tiga bidang usaha itu tak diragukan lagi. Ia sudah bekerja di perusahaan milik Amerika Serikat selama 13 tahun dan satu tahun di Prancis. Sebelum berpamitan, Untung sempat memberikan sebuah buku hasil karyanya selama di Kedungpane berjudul Menggerakan Kekuatan Indonesia, Inspirasi dari Sragen. Buku setebal 284 halaman dan diterbitkan Juli 2014 itu sempat ditandatangani sendiri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif