Soloraya
Minggu, 26 Juni 2016 - 05:05 WIB

WISATA WONOGIRI : Dua Gajah di Waduk Gajah Mungkur Belum Bisa Ditungggangi Pengunjung

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gajah Panamtu berada di kandangnya, Kamis (12/5/2016). (Bayu Jatmiko Adi/JIBI(/Solopos)

Wisata Wonogiri Waduk Gajah Mungkur belum bisa menyajikan hiburan naik gajah bagi pengunjung.

Solopos.com, WONOGIRI—Pengunjung Objek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur (OWSAWGM) Wonogiri tidak akan bisa menikmati sensasi menunggangi gajah di objek wisata setempat selama libur Lebaran mendatang. Pengelola belum akan mengoperasikan wahana gajah. Hal ini untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan seperti peristiwa 11 Mei lalu.

Advertisement

Kepala Unit Pelaksana Teknis OWSAWGM, Pardianto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Sabtu (25/6/2016), menyampaikan koleksi baru dua ekor gajah, Panamtu dan Sari, belum akan dioperasikan hingga batas waktu yang belum ditentukan. Hal itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelumnya, gajah jantan, Panamtu, menyerang seorang dokter hewan di objek wisata setempat, Esthi Octavia Wara Hapsari, 25, sesaat setelah dia memfoto gajah itu. Dokter asal Gemawang, Nadi, Bulukerto, Wonogiri tersebut tiba-tiba dikejar, dibanting, dan diinjak. Akibat kejadian itu sang dokter meninggal dunia.

Menurut Pardianto sebenarnya emosi Panamtu sudah stabil. Hal itu berdasar laporan maqot atau orang yang memiliki hubungan batin dengan gajah. Namun, pengelola tidak mau mengambil risiko.

“Meski jinak tapi insting liarnya tidak bisa sepenuhnya hilang. Contohnya binatang buas yang jinak di sirkus-sirkus. Kan ada kejadian binatang buas di sirkus yang tiba-tiba mencelakai pawangnya. Kita tidak tahu kapan munculnya insting itu. Untuk menghindari hal-hal seperti Mei lalu terulang lagi lebih baik wahana gajah tidak dioperasikan dulu,” ucap Pardianto.

Advertisement

Saat ditanya ihwal saran DPRD Wonogiri agar pengelola mengganti atau mengembalikan kedua ekor gajah, Pardianto mengatakan pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk itu. Kebijakan itu merupakan kewenangan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah.
“Kami hanya dititipi untuk menjaga dan merawat. Kalau berkaitan dengan kebijakan terhadap binatang itu kewenangan BKSDA,” imbuh dia.

Terlepas dari kejadian nahas tersebut, kehadiran Panamtu dan Sari sejak akhir Apri lalu membawa dampak positif bagi OWSAWGM. Sejak kedua ekor gajah yang didatangkan dari Tegal itu ada, jumlah pengunjung pada Mei lalu meningkat dari bulan-bulan sebelumnya. Jumlah pengunjung Mei lalu tercatat ada 25.300 orang. Sedangkan pada bulan-bulan sebelumnya berada di angka 20.000-an orang.

“Meski nanti gajah belum bisa ditunggangi tapi kami yakin wahana gajah tetap memiliki daya tarik,” ulas dia.

Advertisement

Pardianto mengimbau kepada pengunjung agar tidak berbuat sesuatu kepada gajah, seperti memfoto menggunakan kilap lampu, dan terlalu dekat baik dengan Panamtu maupun Sari. Jika ingin menonton gajah dia meminta pengunjung mengambil jarak aman.

Warga Slogohimo, Tika, 24, ingin sekali ke OWSAWGM saat libur Lebaran mendatang untuk melihat gajah. Dia mengaku penasaran dengan gajah yang menewaskan seorang dokter itu.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif