News
Minggu, 1 Mei 2016 - 20:00 WIB

WNI DISANDERA ABU SAYYAF : Tahu Proses Pembebasan Sandera, Ayah Bayu Oktavianto Diminta Tak Ngomong

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sutomo dan Rahayu melakukan sujud syukur di ruang tamu rumahnya, Dukuh Miliran, Desa Mendak, Delanggu, Minggu (1/5/2016). Sutomo dan Rahayu merupakan orangtua Bayu Oktavianto, salah satu WNI yang dibebaskan kelompok Abu Sayyaf. (Taufiq Sidik Prakoso /JIBI/Solopos)

WNI disandera Abu Sayyaf telah dibebaskan dan prosesnya tak disampaikan ke publik. Hanya keluarga yang diberi tahu, termasuk keluarga Bayu Oktavianto.

Solopos.com, JAKARTA — Berita pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf, Minggu (1/5/2016) benar-benar melegakan keluarga Bayu Oktavianto, salah satu anak buah kapal Brahma 12. Pada pukul 17.00 WIB, pandangan Sutomo, 48, ayah Bayu, langsung tertuju ke televisi, mengeraskan suaranya, dan memanggil istrinya, Rahayu, 47.

Advertisement

Di rumah mereka, Dukuh Miliran, Desa Mendak, Delanggu, Klaten, itu, mereka meneliti satu per satu sosok 10 WNI yang ditampilkan di televisi nasional. Beberapa saat kemudian, tangan Sutomo menunjuk seseorang yang sedang makan ditampilkan dalam televisi.

“Iki hlo Bayu. Ijik sehat [Ini hlo Bayu. Kondisinya masih sehat],” ucap Sutomo sembari tersenyum dan menunjuk layar televisi yang menampilkan seorang pria mengenakan kaos berkerah warna biru dengan pada ujung bagian lengan berwarna putih.

Advertisement

“Iki hlo Bayu. Ijik sehat [Ini hlo Bayu. Kondisinya masih sehat],” ucap Sutomo sembari tersenyum dan menunjuk layar televisi yang menampilkan seorang pria mengenakan kaos berkerah warna biru dengan pada ujung bagian lengan berwarna putih.

Rahayu terus meneteskan air mata mengingat anaknya sudah disandera sejak 26 Maret 2016. Sutomo mengatakan informasi soal bebasnya 10 WNI ia peroleh pada Minggu sore, saat dia hendak melaksanakan salat asar. Sutomo lantas menerima telepon dari perwakilan perusahaan di Banjarmasin, tempat Bayu bekerja.

“Sekitar pukul 16.00 WIB saya mendapat kabar dari Bu Mega [perwakilan perusahaan] kalau 10 WNI sudah dibebaskan. Hanya, untuk informasi selanjutnya menunggu pernyataan resmi dari Kemenlu dan perusahaan. Posisinya saat ini masih di Filipina,” kata Sutomo saat ditemui di rumahnya, Minggu.

Advertisement

“Masalah pembebasan yang Ibu Mega katakan untuk sementara tidak boleh diutarakan di depan media. Namun, kami berdoa untuk keselamatan dan kesehatan para sandera,” urai dia.

Sutomo mengatakan hampir sebulan ini warga berdatangan ke rumahnya guna menggelar doa bersama. Doa bersama itu digelar hampir setiap malam. Sutomo mengatakan pada Minggu malam kegiatan serupa bakal digelar.

Sementara itu, Rahayu mengatakan kabar pembebasan Bayu ia peroleh dari tetangganya yang sebelumnya sudah diberitahu Sutomo. Rahayu yang masih berada di sungai dekat rumahnya langsung tergopoh-gopoh pulang sembari berteriak-teriak. “Saya mau ke sungai belum ada kabar apapun. Tetapi, tiba-tiba tetangga memberi kabar katanya Bayu sudah bebas,” kata Rahayu sumringah.

Advertisement

Selama sebulan, Rahayu mendapat izin ia cuti dari pekerjaannya sebagai buruh di perusahaan garmen di Sukoharjo. Ia pun berencana kembali bekerja pada Minggu. “Tidak tahu sebelumnya kalau hari ini itu hari libur. Rencananya memang mau bekerja lagi hari ini karena sangat ingin bekerja. Tetapi ,” urai dia.

Bayu merupakan sulung dari empat bersaudara. “Bahkan adik Bayu bernama Nawa yang masih kelas 6 SD itu saat pulang mau makan, sudah ambil nasi dan lauk kemudian diberi tahu kabar itu tidak jadi makan. Ia langsung keluar rumah saking bahagia kakaknya sudah dibebaskan,” urai Rahayu.

Bayu bersama sembilan WNI lainnya disandera kelompok Abu Sayaaf sejak 26 Maret lalu. Penyandera meminta uang tebusan sekitar Rp15 miliar. Bayu bekerja di pelayaran sejak tiga tahun lalu. Sementara, Bayu melakukan pelayaran ke Filipina untuk kali kedua.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif