Soloraya
Kamis, 18 Februari 2016 - 17:15 WIB

BENCANA WONOGIRI : Rumah Retak-Retak, Warga Selopukang Ingin Direlokasi

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Selopukang, Sumber, Wonogiri, menunjukkan retakan pada dinding dan teras rumahnya, Rabu (17/2/2016). Warga resah karena pergerakan tanah di wilayah tersebut terus terjadi. (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Bencana Wonogiri ini terkait rumah retak di Selopukang.

Solopos.com, WONOGIRI – Warga Selopukang, Sendang, Wonogiri, yaang terdampak pergerakan tanah berharap ada solusi permanen untuk masalah yang menimpa lokasi permukimannya. Lokasi tersebut rawan terjadi tanah longsor.

Advertisement

Salah satu warga RT 002/RW 004, Selopukang, Narti, mengatakan dinding rumahnya sudah beberapa tahun ini selalu mengalami retak. Meskipun sudah dibenahi, retakan itu kembali muncul.

Munculnya retakan pada dinding kamarnya juga diiringi dengan menurunnya sebagian permukaan lantainya. “Dinding retak, kemudian lantai juga jadi tidak rata, seperti sedikit amblek. Arahnya ke timur,” kata dia saat ditemui wartawan di rumahnya, Rabu (17/2/2016).

Advertisement

Munculnya retakan pada dinding kamarnya juga diiringi dengan menurunnya sebagian permukaan lantainya. “Dinding retak, kemudian lantai juga jadi tidak rata, seperti sedikit amblek. Arahnya ke timur,” kata dia saat ditemui wartawan di rumahnya, Rabu (17/2/2016).

Menurut Narti, kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada rumahnya. Beberapa rumah warga lainnya juga mengalami hal serupa. Hal tersebut dibenarkan oleh warga lain, Riyanto. Dia mengatakan dari sekitar 70 rumah yang ada di Selopukang, 16 rumah di antaranya mengalami retakan.

Baik Riyanto maupun Narti berharap ada solusi permanen untuk mengatasi persoalan tersebut. “Ya waswas, apalagi musim hujan seperti ini,” kata Riyanto. Dia juga berharap dapat direlokasi ke lokasi yang lebih aman.

Advertisement

Kepala Desa Sendang, Budi Hardono, mengatakan pertemuan dilakukan untuk memfasilitasi warga yang selama ini resah dengan kondisi wilayahnya. Menurut Budi, pergerakan tanah terjadi sekitar 2012 laludan terlihat parah pada 2013.

“Warga minta adanya relokasi. Kami hanya dapat menjembatani antara warga dan pemerintah kabupaten, sebab untuk relokasi, desa juga tidak memiliki lahan yang cukup,” kata dia kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Rabu.

Sementara itu Kepala Bidang Geologi Air Tanah dan Energi, DPESDM, Patrem Joko Priyono, mengatakan dalam waktu dekat pemerintah akan membangun saluran air di sisi atas Bukit Dakon yang berlokasi di atas permukiman warga.

Advertisement

Sebab ada kemungkinan banyak air yang meresap melalui retakan-retakan tanah di dekat permukiman warga. Jika banyak air masuk dan menyebabkan kondisi tanah di bawah permukiman melunak, akan memungkinkan terjadinya pergerakan tanah yang lebih besar.

“Untuk itu akan kami bangun saluran air di atas bukit untuk mengalihkan aliran air, agar tidak masuk ke celah-celah tanah di wilayah permukiman,” kata dia.

Menurut rencana pembangunan saluran air tersebut akan dilaksanakan April nanti. Dia mengatakan pembangunan tersebut akan menggunakan anggaran mitigasi bencana yang tersedia di APBD dengan total Rp157 juta.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif