Jateng
Minggu, 14 Februari 2016 - 04:50 WIB

PROGRAM PENGHIJAUAN : Perhutani-TNI Hijaukan Lahan Bekas Kebakaran Gunung Slamet

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Program penghijauan dilakukan Perhutani-TNI di lahan bekas kebakaran Gunung Slamet.

Semarangpos.com, BANYUMAS – Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur bersama Kodim 0701/Banyumas, Jawa Tengah, mereboisasi lahan bekas kebakaran di lereng Gunung Slamet sebelah selatan.

Advertisement

Kegiatan tersebut diawali dengan apel bersama yang melibatkan personel Perhutani KPH Banyumas Timur, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, PT Indonesia Power, Lembaga Masyarakat Desa Hutan, organisasi pemuda, dan pecinta alam di halaman Rumah Jaga Kolam Tando Harian Muntu Sub-Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ketenger di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Sabtu (13/2/2016).

Usai apel bersama dilakukan penanaman bibit pohon secara simbolis di sekitar Rumah Jaga Kolam Tando Harian Muntu Sub-Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ketenger.

Advertisement

Usai apel bersama dilakukan penanaman bibit pohon secara simbolis di sekitar Rumah Jaga Kolam Tando Harian Muntu Sub-Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ketenger.

Saat ditemui wartawan usai penanaman bibit pohon, Administrator Perum Perhutani KPH Banyumas Timur Wawan Triwibowo mengatakan jumlah bibit pohon yang ditanam secara simbolis itu sebanyak 300 batang.

“Akan tetapi di area kebakaran, asumsi kita dengan jarak tanam 3×3 meter berarti ada sekitar 1.300 batang per hektare sehingga dengan luasan kebakaran di Petak 58 yang mencapai 20 hektare, paling tidak dibutuhkan sekitar 25.000 batang,” katanya.

Advertisement

Menurut dia, waktu tempuh dari tempat apel hingga lokasi bekas kebakaran lebih kurang delapan jam dengan jalan kaki.

“Kami sudah membentuk tim yang terdiri personel Perum Perhutani, TNI, BPBD, dan masyarakat yang memang orang-orang terpilih yang dulu ikut membantu memadamkan kebakaran. Ada sekitar 50 orang yang akan naik,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa tanaman yang akan ditanam di lahan bekas kebakaran terdiri atas beberapa jenis, antara lain jenis-jenis tanaman rimba, pucung, bendo, dan damar.

Advertisement

Sementara untuk lereng yang agak bawah, kata dia, akan dicoba dengan tanaman manggis sehingga nantinya dapat dinikmati oleh wisatawan yang hendak menuju Curug Pengantin.

Komandan Kodim 0701/Banyumas Letnan Kolonel Infanteri Eka Gita Yuana mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Perum Perhutani untuk mereboisasi lahan di Petak 58 yang mengalami kebakaran pada musim kemarau tahun 2015.

“Musim hujan seperti sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk mereboisasi Gunung Slamet yang merupakan salah satu kawasan hutan lindung terbaik di Indonesia karena tingkat vegetasi, tanamannya, dan sumber airnya masih terjaga dengan baik dibandingkan daerah lain di Indonesia,” kata dia yang akrab dipanggil dengan nama Egy.

Advertisement

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sangat mendukung kegiatan Perhutani di samping dari TNI sendiri juga ada program untuk menyukseskan penanaman satu miliar pohon.

Sementara saat memimpin apel, Egy mengatakan bahwa kegiatan penghijauan di Indonesia merupakan hal yang mutlak karena negara ini merupakan paru-paru dunia.

“Di era globalisasi ini lahan-lahan sudah mulai banyak yang berkurang karena dimanfaatkan oleh pabrik-pabrik dalam rangka industrialisasi,” katanya.

Menurut dia, banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan penghijauan atau reboisasi di antaranya dapat mengurangi polusi udara.

Terkait kegiatan penanganan kebakaran yang terjadi pada musim kemarau tahun 2015 dan upaya antisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran dalam beberapa waktu ke depan, dia mengharapkan Pemerintah Kabupaten Banyumas dapat mengupayakan pembangunan menara “repeater” di sekitar Baturraden guna mendukung sarana komunikasi.

“Dalam penanganan bencana seperti kebakaran hutan, sarana komunikasi sangat penting,” tegasnya.

Ia mengatakan bahwa saat terjadi kebakaran di Petak 58, tim pemadam kesulitan melakukan komunikasi dengan petugas di bawah karena sinyal telepon seluler maupun radio tidak menjangkau lokasi yang harus ditempuh dengan berjalan kaki selama delapan jam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif